A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/opt/alt/php80/var/lib/php/session/ci_sessionggtqgqojmfdunil4tcqn8qn4bor65ovl): Failed to open stream: Permission denied

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 176

Backtrace:

File: /home/u1347553/public_html/application/controllers/Article.php
Line: 13
Function: __construct

File: /home/u1347553/public_html/index.php
Line: 316
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /opt/alt/php80/var/lib/php/session)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /home/u1347553/public_html/application/controllers/Article.php
Line: 13
Function: __construct

File: /home/u1347553/public_html/index.php
Line: 316
Function: require_once

Lahan Food Estate Humbang Hasundutan Terbengkalai, Kok Bisa?

Lahan Food Estate Humbang Hasundutan Terbengkalai, Kok Bisa?

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut BInsar Pandjaitan (tengah) melakukan panen perdanan tanaman kentang di kawasan lumbung pangan (food estate) di Desa Ria-Ria, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Selasa (23/3/2021). (Foto Antara)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 31 Januari 2023 | 08:00 WIB

Sariagri - Megaproyek food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara diklaim berhasil dengan areal luas 146 hektare dari 215 hektare. Kabarnya, ratusan hektare lahan di Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan terlihat menjadi lahan terlantar berupa semak belukar.

Irma Suryani Lumban Gaol, petani food estate sejak penanaman tahap awal pada 2020, mengaku sebagian besar lahannya ditinggalkan para petani akibat tak sanggup lagi menanam usai gagal panen.

Irma bercerita pada mulanya para petani mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupa pembukaan lahan, pemberian pupuk, obat-obatan, dan benih. Namun, ia menyayangkan benih komoditas yang diminta ditanam adalah bawang putih. Komoditas itu, tak cocok dengan tanah di sana, hingga akhirnya gagal panen.

"Dari hasil program bantuan ini itu enggak ada hasilnya, soalnya bawang putih. Enggak ada sama sekali kami bisa jual. Lahan kami dikasih bibitnya bawang putih, enggak cocok," ujar Irma.

Irma menjelaskan kegagalan panen bawang putih membuat petani tak bisa menanam di lahan untuk produksi di tahap kedua. Musababnya, mereka tak lagi mendapatkan bantuan apapun, termasuk pendampingan.

Sementara itu, Kementan berdalih, petani harus mandiri setelah diberikan bantuan pada tahap pertama. Keterbatasan modal ini membuat banyaknya lahan yang menjadi terbengkalai atau lahan tidur di food estate.

Komoditas yang kini Irma tanam tidak termasuk yang direkomendasikan oleh Kementan, yakni bawang putih, bawang merah, dan kentang. Menurutnya, penanaman komoditas yang diminta oleh Kementan sulit ia terapkan.

Dasarnya, kondisi tanah belum optimal untuk menanam bawang putih maupun bawang merah. Sedangkan untuk komoditas kentang, beberapa petani berhasil panen, namun modal yang dibutuhkan sangat besar.

"Kalau kami nanam kentang, seperti yang dibilang pemerintah juga kan modalnya Rp140 juta, ya mana sangguplah kita. Dari mana uang petani segitu banyak. Jadi lahan tidurlah," paparnya.

Adapun setiap panen, Irma menjual hasil produksinya sendiri melalui tauke atau tengkulak. Ia mengaku hingga saat ini belum ada kerja sama dengan perusahaan manapun untuk menyerap hasil panennya. Karena itu, ia pasrah jika ada perusahaan yang mau mengolahnya meski dirinya hanya mendapatkan sedikit keuntungan.

"Maunya ada orang yang mengelola ini. Biarlah mau seperempat hasilnya sama kami, enggak apa-apa, yang penting jadi lahan hidup," tuturnya.

Sementara itu, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengatakan hal itu adalah tanggung jawab petaninya sendiri. Di sisi lain, Prihasto menilai hal itu adalah tanggung jawab Dinas Pertanian Kabupaten Humbang Hasundutan.

"Tanya petaninyalah. Masak tanya sama kami. Itu yang saya enggak suka. Jangan ditanyakan terus sama kami, tanya sama petani," ujar Prihasto.

Menurutnya, Kementerian Pertanian sudah memberikan pendampingan secara intensif. Adapun soal kegagalan panen bawang putih pada tahap pertana, ia mengatakan Kementan memang telah memberikan rekomendasi penanaman komoditas itu. Namun, perlu ada proses yang panjang agar hasilnya bisa optimal.

Sementara itu, anak buah Luhut Binsar Pandjaitan yang ditunjuk sebagai Manajer Lapangan megaproyek food estate, Van Basten Pandjaitan, tak menampik bahwa pada tahap pertama, petani masih kesulitan untuk menanam komoditas holtikultura. Van Basten juga mengakui banyak petani yang memilih meninggalkan lahan food estate lantaran kekurangan dana.

"Saya sudah tanya ke petani, kalian kenapa enggak nanam. Ternyata tidak ada modal. Oke, enggak ada alasan. Saya akan bicara dengan offtaker, saya akan minta mereka naikkan upgrade menjadi investor," paparnya.

Artinya, perusahaan tak hanya menjadi offtaker atau penyerap hasil panen petani untuk kebutuhan industri, pemerintah akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi ke dalam proyek ini. Tercatat hingga saat ini ada tujuh perusahaan swasta yang menjadi offtaker, yaitu PT Parna Raya, PT Indofood, PT Aden Farm, PT Ewindo, PT DSR, PT BISIS, dan PT Champ.

Baca Juga: Lahan Food Estate Humbang Hasundutan Terbengkalai, Kok Bisa?
Daerah Ini Targetkan Produksi 10 Ton per Hekatre Padi pada 2023

PT Parna Raya bermitra dengan petani untuk komoditas bawang merah dan bawang putih. Sedangkan PT Indofood, PT Eden Farm, PT Ewindo, dan PT Champ untuk komoditas kentang. Sementara PT DSR untuk komoditas kentang, bawang merah, dan buncis. Terakhir PT BISI untuk komoditas jagung.

Ia menjelaskan pemerintah tak mungkin menggelontorkan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk membantu para petani menggarap lahannya. Karena itu, ia akan mendorong petani untuk bermitra dengan perusahaan swasta.

"Untuk membina hamparan ini tentunya enggak mungkin pakai APBN, jadi harus cari mitra,"tukasnya.