Srategi Jitu Meningkatkan Produksi Jagung

Ilustrasi Tanaman Jagung. (Foto: Pixabay)

Editor: Dera - Kamis, 12 Januari 2023 | 15:00 WIB

Sariagri - Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Tanaman ini merupakan penghasil karbohidrat, sama halnya dengan padi maupun gandum. 

Di Indonesia sendiri, jagung merupakan tanaman pangan yang banyak dicari. Selain bisa menggantikan nasi, jagung juga mudah diolah menjadi berbagai macam olahan yang sehat dan lezat.

Permintaan jagung di dalam negeri pun terbilang cukup tinggi, sehingga hal tersebut bisa menjadi peluang cuan bagi para petani. Melansir dari cybex.pertanian.go.id, berikut cara meningkatkan produksi jagung. 

1. Penggunaan benih unggul

Penggunaan benih unggul merupakan kunci utama untuk peningkatan produktivitas jagung. Pemerintah bahkan mendorong juga agar jagung menjadi bahan pakan ternak.

Jagung juga bisa menjadi sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Produk turunannya sebagai bahan baku industri pun beragam, seperti bioenergi, industri kimia, kosmetika, dan farmasi.

Namun produksi jagung terkendala oleh belum teradopsinya sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) penggunaan benih jagung hibrida unggul karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Tingkat penggunaan benih jagung hibrida masih rendah yaitu baru sekitar 56% dari total pertananaman. Hal tersebut disebabkan harga benih jagung hibrida yang tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagaian besar petani. 

2. Pemupukan berimbang

Saat ini sebagian besar petani belum menerapkan prinsip pemupukan sesuai rekomendasi, sehingga produktivitas hasil tidak maksimal sesuai potensi. Selain itu, kendala yang dihadapi petani adalah keterbatasan modal dan ketersediaan pupuk tepat waktu dan tepat jumlah.

3. Pasca panen

Penanganan pasca panen sangat diperlukan mengingat hasil panen jagung mudah rusak. Sembilan jam setelah panen, jagung harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 14%-15%. Jika tidak maka jagung akan berjamur dan terkena aflatoxin. Kandungan aflatoxin yang tinggi bisa menyebabkan keracunan pada unggas yang memakannya.

Mayoritas petani pun belum melakukan penanganan pasca panen dengan baik dan benar. Setelah pemanenan, petani umumnya hanya mengeringkan di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan cara ini sebenarnya bisa menurunkan kadar air, namun sulit untuk mencapai tingkat maksimum (15%). Selain itu, jika panen dilakukan pada musim hujan, pengeringan akan terkendala oleh cuaca yang kurang baik (mendung, hujan, dan lain-lain).

3. Strategi peningkatan produksi jagung berkelanjutan berbasis kawasan

Pemerintah melaksanakan strategi umum terpadu melalui pengembangan kawasan pangan, yaitu dengan upaya simultan antara lain peningkatan luas tanam, peningkatan produktivitas, penurunan tingkat kehilangan hasil dan peningkatan kualitas mutu hasil. Pendekatan terpadu ini dilaksanakan pada satu kawasan dengan luasan minimum tertentu yang memenuhi skala ekonomis.

Langkah strategi peningkatan produksi tanaman jagung tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Peningkatan produktivitas

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui upaya penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dengan komponen utama meliputi pemakaian benih varietas unggul bermutu termasuk jagung hibrida dan jagung komposit, peningkatan populasi dengan pengaturan jarak tanam 75 cm x 20 cm atau 70 cm x 20 cm, satu biji per lubang atau 75 cm x 40 cm atau 70 cm x 40 cm, dua biji per lubang, pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik, pupuk bio-hayati, pengapuran pada tanah masam dan pengelolaan pengairan.

Selain itu, untuk memastikan PTT diterapkan maka dilakukan pengawalan, pendampingan agar jika ada masalah di lapangan dapat ditangani lebih dini. Strategi peningkatan produktivitas terutama dilaksanakan di wilayah yang sudah tidak memungkinkan dilakukan perluasan areal tanam, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi produktivitas tanaman diharapkan masih dapat ditingkatkan.

Upaya peningkatan produktivitas juga dilakukan dengan upaya pengamanan produksi yaitu dengan mengurangi dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

b. Perluasan areal tanam

Perluasan areal tanam dilakukan melalui upaya penanaman di areal tanam baru atau dengan peningkatan indeks pertanaman baik di lahan kering atau lahan sawah di musim kemarau.

Perluasan areal tanam baru bisa dilakukan di lahan bukaan baru (misalnya lahan eks peremajaan perkebunan, perhutani, dan lain-lain) atau di daerah yang selama ini belum pernah menanam jagung. Sedangkan peningkatan indeks pertanaman dapat dilakukan dengan pengaturan pola tanam di lahan kering yang sebelumnya ditanami jagung satu kali menjadi dua kali, atau di lahan sawah di musim kemarau (padi-padi-jagung), daerah eks pengembangan/perbaikan irigasi.

Perluasan areal tanam juga dapat dilakukan di, JIDES dan Tata Air Mikr,  karena dengan perbaikan irigasi akan dimungkinkan ketersediaan air di musim kemarau yang cukup untuk fase awal pertanaman jagung. Demikian pula, kawasan yang menerima program pengembangan irigasi air tanah (pompanisasi) juga sesuai untuk program peningkatan indeks pertanaman.

c. Penurunan susut hasil

Penurunan susut hasil, khususnya akibat kehilangan pada waktu panen dilakukan dengan upaya panen yang tepat yaitu dengan menetapkan umur panen yang cukup, yaitu sekitar umur panen 120 hari. Selain itu, diterapkan juga penggunaan alat panen dan alat pemipil yang baik untuk menghindari kehilangan dan kerusakan pipilan seperti patah, pecah, dan sebagainya.

d. Mempertahankan kualitas

Peningkatan produksi jagung juga diupayakan dengan mempertahankan mutu produk sehingga memenuhi spesifikasi yang diinginkan pasar. Dalam kaitan ini budidaya jagung harus diikuti dengan pasca panen yang tepat, yaitu khususnya pengeringan dan penyimpanan untuk mencegah tumbuhnya jamur yang menghasilkan aflatoxin.

Baca Juga: Srategi Jitu Meningkatkan Produksi Jagung
Pengembangan Tanaman Pangan Sebagai Tanaman Sela yang Memberi Nilai Ekonomi

e. Penguatan manajemen kawasan

Agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana, diperlukan penyempurnaan manajemen yang telah ada. Penyempurnaan manajemen tersebut diperlukan karena dengan pendekatan GP-PTT ini proses budidaya dikendalikan secara terpadu dalam satu kawasan produksi.

Salah satu tujuan GP-PTT antara lain adalah menumbuhkan kawasan produksi yang berkelanjutan, mencapai skala ekonomis serta mencapai produktivitas yang maksimal. Oleh sebab itu, maka kegiatan budidaya dalam kawasan GP-PTT perlu dikoordinasikan dalam satu manajemen, khususnya terkait dengan penyediaan input, penyediaan sarana alat dan mesin pertanian, pengelolaan pasca panen dan pemasaran.