A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/opt/alt/php80/var/lib/php/session/ci_sessionknuttcbkq54nvrrdhe8vvk6e86phj05g): Failed to open stream: Permission denied

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 176

Backtrace:

File: /home/u1347553/public_html/application/controllers/Article.php
Line: 13
Function: __construct

File: /home/u1347553/public_html/index.php
Line: 316
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /opt/alt/php80/var/lib/php/session)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /home/u1347553/public_html/application/controllers/Article.php
Line: 13
Function: __construct

File: /home/u1347553/public_html/index.php
Line: 316
Function: require_once

Krisis Sri Lanka Paksa Petani Tinggalkan Lahan karena Kekurangan Pupuk

Krisis Sri Lanka Paksa Petani Tinggalkan Lahan karena Kekurangan Pupuk

Ilustrasi sawah (Pixabay)

Editor: Putri - Selasa, 21 Juni 2022 | 11:45 WIB

Sariagri - Krisis ekonomi Sri Lanka membuat petani meninggalkan lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan petani tidak dapat membeli pupuk dan benih.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/6/2022), salah seorang petani padi bernama R. Daranagama berusia 70 tahun bercerita, saat Sri Lanka berjuang melawan krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dasawarsa, Daranagama hampir tidak menyentuh lahan seluas empat hektare miliknya musim ini.

Tanpa pupuk, dia dan petani lainnya memperkirakan hasil panen merosot. Hal tersebut juga mengancam pasokan makanan di seluruh negara yang sudah terdesak ke tepi jurang.

Sektor pertanian telah sangat menderita akibat krisis ekonomi Sri Lanka, yang terburuk sejak kemerdekaan negara itu dari Inggris pada 1948.

Produksi beras sudah turun 40 persen hingga 50 persen saat musim panen sebelumnya. Menurut Menteri Pertanian Sri Lanka Mahinda Amaraweera, kelangkaan benih dan pupuk dapat menurunkan hasil panen hingga 50 persen tahun ini.

Salah langkah dalam menentukan kebijakan juga berperan atas kelangkaan pangan ini. Pada April 2021, pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarang impor pupuk sintetis untuk mendorong negara menuju pertanian organik.

Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memberi tahu bahwa memerangi kelaparan akan menjadi salah satu tantangan paling sulit di Sri Lanka dalam beberapa bulan mendatang.

Hal tersebut mendorong mereka yang memiliki lahan atau sarana untuk mulai menimbun pasokan makanan. Menurut PBB, hampir seperempat populasi di Sri Lanka membutuhkan bantuan makanan.

Penderitaan tidak hanya sampai situ. Menipisnya cadangan mata uang asing, pemotongan pajak yang tidak tepat waktu, hilangnya pendapatan dari pariwisata, dan masalah lainnya akibat pandemi COVID-19 menghantam bertubi-tubi.

Baca Juga: Krisis Sri Lanka Paksa Petani Tinggalkan Lahan karena Kekurangan Pupuk
Korporasi Pertanian Jagung Jaga Kesejahteraan Petani

Di rumah sakit terbesar di Sri Lanka, Lady Ridgeway, merawat anak-anak yang sekitar 20 persen adalah pasien penderita malnutrisi akibat krisis yang sedang berlangsung.

Gizi buruk membawa beban ekonomi yang signifikan dalam hal biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi dan penurunan produktivitas.