Mengenal Apa Itu Subak, Warisan Budaya Dunia yang Dijadikan Doodle Google

Ilustrasi subak (Wikimedia Commons)

Editor: Tanti Malasari - Kamis, 2 Juni 2022 | 11:15 WIB

Sariagri - Jika kamu terbiasa membuka google, tentu pernah melihat gambar subak Bali. Gambar ini memang sering kali muncul di tampilan utama google. Lalu sebenarnya apa itu subak Bali?

Faktanya ada segelintir orang yang masih belum mengetahui apa itu subak Bali dan dari manakah asal bahasanya. Dibawah ini akan dijelaskan definisi apa itu subak dan juga seluk beluk tentang subak.

Definisi apa itu subak Bali?

Pada dasarnya, subak merupakan kata yang berasal dari bahasa Bali, kata tersebut pertama kali dilihat di dalam prasasti Pandak Bandung yang memiliki angka tahun 1072 M.

Kata ini mengacu kepada sebuah organisasi atau lembaga sosial dan keagamaan unik, yang memiliki pengaturan tersendiri, asosiasi-asosiasi yang demokratis dari petani dalam menetapkan sistem pengairan atau penggunaan air irigasi secara tradisional untuk pertumbuhan padi.

Subak di Bali yang memiliki luas kurang lebih 20.000 ha yang terdiri atas beberapa subak yang berada di 5 kabupaten, yaitu kabupaten Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar, dan Tabanan.

Bagi masyarakat Bali, keberadaan subak bukan hanya sekedar sistem irigasi, melainkan menjadi konsep manifestasi kehidupan dari filosofi atau konsep Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana sendiri berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti kebahagiaan atau kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Sehingga jika disimpulkan bahwa Tri Hita Karana berarti “tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”.

Adapun penerapannya di dalam sistem subak terdapat 3 (P) yaitu:
• Parahyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
• Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya.
• Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan lingkungannya.

Dengan menggunakan sistem irigasi bernama subak ini maka, pengairan mampu bertahan selama lebih dari satu abad karena masyarakatnya sangat taat kepada tradisi leluhur.

Disini pembagian air dilakukan secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padi yang ditanam pun dilakukan bersama.

Jika dilarang, maka akan ada sanksi yang diterapkan. Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura.

Hal inilah yang menciptakan kehidupan yang harmonis dan menjadi kunci utama lestarinya budaya subak di pulau dewata.

Struktur Organisasi Subak

Setelah mengetahui apa itu subak, selanjutnya akan membahas struktur organisasi subak. Anggota subak atau juga biasa disebut dengan krama subak adalah para petani yang memiliki garapan sawah dan mendapatkan bagian air pada sawahnya.

Didalam anggota subak juga terdapat beberapa kelompok yang disebut dengan Sekaa, Krama subak digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Krama aktif adalah anggota yang aktif seperti krama pekaseh, sekaa yeh atau sekaa subak.
2. Krama pasif yaitu anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang atau natura karena beberapa penyebab yang biasa disebut dengan Pengampel atau Pengohot.
3. Krama luput yaitu anggota (krama) yang tidak aktif didalam segala macam kegiatan subak karena tugasnya seperti kepala desa atau Bendesa Adat.

Jadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO

Pada tanggal 29 Juni 2012 lalu, Organisasi pendidikan, Ilmu pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO - The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah menyetujui, mengakui dan menetapkan Subak di Bali, sebagai Warisan Budaya Dunia dalam sidang ke-36 Komite Warisan Dunia UNESCO di kota Saint Peterburg, Rusia.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Subak, Warisan Budaya Dunia yang Dijadikan Doodle Google
Mengenal Subak Bali, Sistem Irigasi Tradisional yang Penuh Filosofi

Namun pengakuan ini tidak diperoleh dengan begitu saja. Untuk mendapatkan pengakuan tersebut, pemerintah Republik Indonesia telah berjuang selama kurang lebih 12 tahun.

Pasalnya pengusulan ini tidaklah mudah, sebab diperlukan penelitian yang mendalam dengan pendekatan melalui berbagai ilmu pengetahuan seperti arkeologi, antropologi, geografi, ilmu lingkungan, arsitektur lansekap, dan beberapa ilmu pengetahuan terkait lainnya.