Jika Rusia-Ukraina Terus Perang, Ini Dampak Ekonomi dan Pertanian

Petani Ukraina, Oleksiy mengenakan pelindung tubuh dan helm saat bekerja di sebuah ladang di wilayah Zaporizhzhia, Ukraina, Selasa (26/4/2022). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ueslei Marcelino)

Editor: Putri - Rabu, 11 Mei 2022 | 16:35 WIB

Sariagri - Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, menandai eskalasi tajam Perang Rusia-Ukraina yang telah dimulai pada 2014. Awalnya, tidak ada yang tahu berapa lama konflik akan berlangsung atau seberapa besar dampak yang diterima oleh negara Eropa bahkan seluruh dunia.

Namun, ketika perang hampi memasuki bulan ketiga, dampak ekonomi dari konflik menjadi lebih jelas dan prospeknya tidak terlihat bagus.

Sebelum invasi dimulai, tekanan inflasi global telah terjadi dan bergejolak di tengah kenaikan harga pangan dan energi. Selain itu, rantai pasokan makanan juga sudah terganggu sebelumnya akibat pandemi COVID-19. Invasi Rusia dan Ukraina memperparah keadaan tersebut.

Dampak Ekonomi dan Pertanian

Mengutip CNBC, perang Rusia dan Ukraina memberikan dampak ekonomi salah satunya adalah inflasi. Investor terguncang oleh inflasi yang merajalela dan efeknya yang menghambat pertumbuhan global. Dana Moneter internasional memperkirakan tingkat inflasi AS akan mencapai 7,7 persen tahun ini dan 5,3 persen di zona euro.

Selain itu, investor memperkirakan bahwa banyak bank sentral akan memperkenalkan kenaikan suku bunga yang lebih agresif untuk mengendalikan kenaikan harga. Langkah tersebut juga mendorong lebih banyak aksi jual pasar, menurut IMF.

“Lupakan konsekuensi geopolitik sejenak. Gelombang ketidakstabilan ekonomi tektonik yang dipicu oleh konflik Ukraina telah mengejutkan dan membuat komentar global para politisi, bankir sentral, ekonom dan analis investasi lengah,” kata Bill Blain, ahli strategi di Shard Capital, mengutip CNBC.

Akibat perang dan masalah-masalah yang sudah terjadi sebelumnya, perang Rusia dan Ukraina juga mengancam pasokan makanan global. Wilayah Rusia dan Ukraina dipandang sebagai “keranjang roti” global atau produsen makanan utama.

Peran kedua negara tidak hanya sebagai pengekspor bahan pokok utama seperti gandum, tetapi juga sebagai salah satu pemasok utama pupuk di seluruh dunia.

Invasi mengakibatkan penangguhan operasi komersial di pelabuhan. Hal tersebut menghambat kemampuan Ukraina untuk mengekspor produknya, termasuk produk pertanian. Belum lagi embargo yang dilakukan berbagai negara terhadap Rusia.

Penghentian ekspor pertanian berdampak buruk bagi Ukraina karena pertanian merupakan sumber utama pendapatan ekspornya. Selain itu, banyak kegiatan pertanian yang harus dihentikan karena lahan diduduki oleh tentara Rusia.

Hal tersebut berimbas pada produksi makanan di masa depan yang semakin tipis. Banyak petani atau produsen makanan lainnya memutuskan untuk melarikan diri dengan pergi ke negara-negara tetangga demi keselamatan mereka sendiri.

Sementara bagi orang-orang yang bertahan mungkin berusaha melindungi diri dengan tidak berada di luar rumah atau berada di pengungsian. Cadangan makanan dari hasil pertanian akan semakin sedikit atau langka.

Baca Juga: Jika Rusia-Ukraina Terus Perang, Ini Dampak Ekonomi dan Pertanian
Libatkan 12 KWT untuk Pulihkan Ekonomi, Daerah Ini Gelar Pasar Tani

Terbatasnya makanan menimbulkan kelaparan. Kelaparan akut dapat memotivasi petani untuk makan apa yang sebelumnya mereka rencanakan untuk dibudidayakan, yang semakin mengurangi hasil panen musim depan.

Bisa dibilang, jika Rusia dan Ukraina terusberperang maka akan memberikan efek seperti domino. Pasokan makanan yang turun, ditambah dengan kenaikan harga pangan dan berkurangnya pendapatan, mempersulit masyarakat untuk menikmati makanan bergizi di banyak negara. Akan muncul berbagai permasalahan kemanusiaan yang terus mengancam kesejahteraan masyarakat.