Menilik Sejarah Celurit Madura dari Alat Bertani Menjadi Simbol Perlawanan

Ilustrasi celurit atau sabit. (Foto: Wikimedia Commons)

Penulis: Putri, Editor: Reza P - Sabtu, 16 April 2022 | 13:00 WIB

Sariagri - Jika mendengar kata 'celurit' identik dengan Madura. Celurit sendiri memang senjata tradisional khas dari Madura. Namun celurit bukan sekadar senjata.

Namun umumnya celurit digunakan masyarakat sebagai alat memotong padi di sawah atau tanaman di kebun. Bahkan hingga saaat ini masih banyak petani menggunakan celurit saat hendak meladang.

Di balik fungsi sebagai alat pemotong, ternyata celurit mempunyai sejarah panjang. Tak heran jika celurit dijadikan warisan budaya Indonesia.

Mengutip Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, budayawan D. Zawawi Imron mengatakan bahwa celurit atau clurit atau are, memiliki filosofi.

Pertama dari bentuknya yang mirip tanda tanya, dimaknai sebagai satu bentuk kepribadian masyarakat Madura yang selalu ingin tahu. Penafsiran lainnya, karena Celurit itu bentuknya bengkok, mirip dengan tulang rusuk manusia yang kurang.

Karena itu agar kejantanan laki-laki tidak berkurang maka mengganti tulang rusuk yang hilang itu dengan celurit yang diselipkan di pinggang bagian kiri.

Mien A. Rifai menyebut, celurit adalah identitas orang Madura, ke mana pun orang Madura pergi tidak terlepas dari celurit. Senjata tradisional ini memiliki bilah terbuat dari besi berbentuk melengkung mirip bukan sabit sebagai ciri khasnya.

Budaya Carok

Senjata celurit ini sering dikaitkan dengan carok. Carok adalah tradisi bertarung yang disebabkan alasan tertentu yang berhubungan dengan harga diri. Kemudian diikuti antarkelompok dengan menggunakan senjata, senjata tersebut adalah celurit.

Mengutip situs resmi Uniersitas Airlangga, carok adalah tradisi pembelaan harga diri, di mana jika ada seseorang yang merasa diinjak-injak harga dirinya, ia akan menantang berkelahi orang yang menghinanya tersebut. Duel akan dilakukan dengan menggunakan celurit.

Penyebab carok di antaranya istri yang diganggu. Hal tersebut dikarenakan mengganggu istri sama dengan melecehkan kehormatan seorang pria. Selain soal istri adalah rebutan tanah atau warisan.

Munculnya carok bisa mundur pada zaman penjajahan Belanda yaitu abad ke-18 masehi. Mengutip jurnal berjudul Tradisi Carok pada Masyarakat Adat Madura oleh Henry Arianto dan Krishna, seorang pria asal Madura yaitu Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Orang-orang kemudian mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit.

Namun pada masa itu mereka tidak menyadari bahwa sedang dihasut oleh Belanda. Mereka diadu dengan golongan keluarga Blater (jagoan) yang menjadi kaki tangan penjajah Belanda, yang juga sesama bangsa.

Karena provokasi Belanda itu golongan blater seringkali melakukan carok pada masa itu. Pada saat Carok, mereka tidak menggunakan senjata pedang atau keris. tetapi menggunakan celurit sebagai senjata andalannya.

Senjata celurit ini sengaja diberikan Belanda kepada kaum blater dengan tujuan merusak citra Pak Sakerah sebagai pemilik sah senjata tersebut. Pak Sakerah sendiri adalah seorang pemberontak dari kalangan santri dan seorang muslim yang taat menjalankan agama Islam.

Baca Juga: Menilik Sejarah Celurit Madura dari Alat Bertani Menjadi Simbol Perlawanan
Ini Jawaban Kenapa Tanah Vulkanik Sangat Subur Cocok untuk Pertanian dan Perkebunan

Celurit digunakan Pak Sakerah sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para jagoan dan penjahat.

Bisa dilihat bahwa baik celurit maupun carok bukan sekadar senjata atau tradisi saling membunuh, namun terdapat banyak arti dan tujuan di baliknya.