Optimisme Perajin Cangkul Dalam Negeri di Tengah Gempuran Produk Luar Negeri

Perajin pande besi Dusun Krenggan, Desa Ngebong, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. (Sariagri/Arief L)

Editor: Reza P - Jumat, 18 Februari 2022 | 19:55 WIB

Sariagri - Cangkul hingga kini masih dibutuhkan oleh petani. Sebab, cangkul merupakan peralatan dasar atau pokok yang wajib digunakan petani walaupun sudah ada berbagai alat mesin pertanian (alsintan).

Keyakinan itu, terus menguat di benak Supiyat (35 tahun), perajin pande besi Dusun Krenggan, Desa Ngebong, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Menurutnya hingga kini kebutuhan pacul bagi petani masih menjadi hal pokok, sehingga usahanya tidak pernah mati. Bahkan permintaan petani akan cangkul sebagai sarana mengolah tanah di sawah terus naik.

“Lantaran tidak semua lokasi pertanian bisa dijangkau dengan traktor. Misalnya saja di daerah pegunungan, seperti wilayah Desa Sendang dan Pagerwojo. Tak hanya itu, keberadaan cangkul juga lebih dibutuhkan ketika alsintan tidak dapat digunakan mendekati pematang sawah,” tutur perajin pande besi cangkul, Supiyat kepada Sariagri, Jumat (18/2).

Ia mengaku pada musim tanam kedua di awal tahun 2022 ini, permintaan selama 1 bulan kemarin mencapai 750 cangkul.

“Dari januari 2022 hingga awal Februari sudah ada pesanan 750 cangkul. Konsumen saya menyebut cangkul ini jadi pilihan karena lebih efektif. Harganya murah sekaligus membuat badan sehat,” jelasnya.

Meski diakui cangkul merupakan alat tradisional, petani tetap membutuhkannya sampai kapan pun.

"Sejauh ini volume permintaan masih sama seperti biasanya. Tidak ada yang berkurang, malah tren-nya naik. Sampai anak cucu kita nanti cangkul masih dibutuhkan," kata dia.

Bahkan lanjut bapak dengan 2 anak ini, potensi pasar cangkul di tanah air dibidik oleh negara asing, terutama china. Meski produk asal tirai bambu itu banyak membanjiri pasar tanah air, cangkul buatan dalam negeri masih menjadi yang terbaik.

Cakul produk dalam negeri. (Sariagri/Arief L)
Cakul produk dalam negeri. (Sariagri/Arief L)

“Secara kualitas cangkul buatan para pande besi Indonesia masih lebih bagus dibandingkan produk pabrikan china. Jadi kami cukup percaya diri untuk bersaing dengan produk impor sekalipun karena kualitas buatan mereka diklaim baik,” terangnya.

Demi kepuasan pelanggan ia juga memberi garansi apabila cangkul hasil produksinya rusak sebelum berumur satu tahun.

“Saya akan ganti jika cangkul rusak belum sampai satu tahun. Kami siap mengganti dengan yang baru sebagai garansi," katanya.

Dari segi kualitas bahan baku maupun ketajaman cangkul, buatannya diakui banyak pelanggan lebih bagus dan tahan lama dibandingkan produk sejenis buatan china.

“Cangkul disini terbuat dari besi dan baja berkualitas, sehingga lebih kuat tajam serta awet. Kalau cangkul impor diindikasikan bahan bakunya besi kurang bagus dan ketajamannya kurang," ungkap salah seorang pelanggan tetap, Warsidi.

Pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani jagung ini mengatakan cangkul buatan china  tidak sesuai dengan kondisi tanah di daerah setempat, dan mudah patah.

Pasalnya, lanjutnya, lahan pertanian dan perkebunan di wilayah Jawa dan Kabupaten Tulungagung pada khususnya memiliki struktur tanah agak padat sehingga untuk mengolahnya memerlukan cangkul yang tajam dan terbuat dari besi baja kualitas baik.

"Struktur tanah di Jawa padat, diperlukan cangkul yang terbuat dari besi baja," bebernya.

Ia menjelaskan cangkul produksi lokal yang sering digunakan para petani juga mempunyai bentuk berbeda, disesuaikan kondisi tanah di lahan pertanian atau perkebunan masing-masing.

Para perajin memproduksi dua jenis cangkul meliputi cangkul dengan ukuran 18 x 28 centimeter dan cangkul ukuran 19 x 29 centimeter.

Baca Juga: Optimisme Perajin Cangkul Dalam Negeri di Tengah Gempuran Produk Luar Negeri
Inspiratif! Mahasiswa di Kediri Dirikan Bimbingan Belajar Gratis Bagi Anak Petani dan Buruh Tani

"Dua jenis cangkul tersebut saya jual dengan harga Rp300.000 dan Rp350.000 setiap buahnya," sela Supiyat sambil terus memukul besi cangkul.

Permintaan cangkul buatannya paling banyak dipesan pelanggan dari wilayah Tulungagung, hingga luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, Ambon dan Papua.