Ini Alasan Petani Indonesia Enggan Tanam Kedelai

Dokumentasi - Panen kedelai di Kabupaten Gunung Kidul (Antara/HO-Dinas Pertanian dan Pangan)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 18 Februari 2022 | 17:15 WIB

Sariagri - Peneliti Research Center Media Group (RCMG) Irwansyah menilai faktor luar menjadi penyebab utama atas tidak stabilnya harga kedelai di pasaran saat ini. Salah satunya anomali cuaca di negara produsen kedelai seperti Brasil dan Amerika Latin.

"Negara-negara yang selama ini memasok kedelai ke Indonesia, seperti Brasil dan negara Amerika latin lainnya sedang mengalami anomali cuaca sehingga gagal panen. Kondisi itu diperparah oleh terjadinya inflasi di Amerika Serikat yang menyebabkan harga kedelai melonjak," ujar Irwansyah.

Menurut Irwansyah, Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasar internasional, lantaran produksi kedelai dalam negeri hanya 600 ton per tahun. Sementara kebutuhan secara nasional sekitar 1.000 hingga 1.500 ton per tahun.

"Mau tidak mau, Kementerian Perdagangan harus impor untuk menutup kekurangan produksi tersebut. Saat ini, petani tidak lagi tertarik untuk menanam kedelai, karena harga jual hampir sama dengan komoditas padi. Padahal, untuk lahan dengan luas yang sama, akan lebih banyak menghasilkan jika ditanami padi daripada kedelai," tambahnya.

Berdasarkan studi atas dokumen yang dikeluarkan Kementerian Pertanian, Irwansyah menilai bahwa Kementan telah berupaya maksimal untuk mendorong para petani menanam kedelai. Namun, para petani lebih memilih menanam padi, jagung, dan kacang tanah lantaran biaya produksi yang lebih murah daripada menanam kedelai.

"Harga jual kacang kedelai di pasar hampir sama dengan gabah, namun menanam secara kuantitas, hasil dari tanaman padi lebih banyak. Sedangkan harga jagung dan kacang tanah lebih murah dibanding kedelai, namun secara biaya produksi akan lebih murah," paparnya.

Sebelumnya Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan harga tahu dan tempe di dalam negeri akan naik karena melonjaknya harga kedelai internasional. Hal ini terjadi karena kedelai menjadi bahan baku utama dalam memproduksi dua makanan kegemaran masyarakat Indonesia tersebut.

"Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai. Kalau saya melihat di Brasil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia," kata Oke beberapa saat lalu.

Baca Juga: Ini Alasan Petani Indonesia Enggan Tanam Kedelai
Harga Kedelai Naik, Distributor Mengeluh Jumlah Pelanggan Merosot Tajam



Penyebab lainnya menurut Oke yakni inflasi di Amerika Serikat yang mencapai tujuh persen yang berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai. Selain itu, terjadi pengurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, serta ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai juga mengakibatkan petani kedelai di Amerika Serikat menaikkan harga.

"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai USD15,77 per bushel atau sekitar Rp11.240 per kilogram (kg) di tingkat importir dalam negeri," pungkas Oke.