Kementan: Kenaikan NTP-NTUP Berdampak pada Kesejahteraan Petani

Ilustrasi- Petani mengeringkan gabah (Pixabay)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Rabu, 2 Februari 2022 | 18:10 WIB

Sariagri - Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengatakan kenaikan nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) pada awal tahun berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani secara signifikan.

“Kenaikan NTP menunjukkan bahwa petani bisa menikmati keuntungan dari hasil produksi mereka,” kata Kuntoro dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Rabu (2/2/2022).

Kuntoro menyebut awal tahun ini menjadi masa bagi petani menikmati harga gabah yang dibeli oleh pasar dengan harga tinggi. Kuntoro melihat meskipun harga beras mengalami peningkatan, kenaikannya baik di tingkat grosir maupun eceran masih terkendali dan di bawah persentase kenaikan harga gabah.

“Tentunya tren ini perlu terus dijaga. Kita harus terus upayakan selisih harga antara gabah di tingkat petani dan beras yang dibeli di konsumen tidak terlampau jauh. Agar tidak terjadi disparitas harga, Kementan akan senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog yang memiliki wewenang di bagian hilir,” kata Kuntoro.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini merilis data NTP dan NTUP Januari 2022 meningkat signifikan bila dibandingkan dengan Desember 2021. Tercatat NTP naik 0,30 persen dan NTUP naik 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

“NTP nasional Januari 2022 sebesar 108,67 atau naik 0,30 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani naik sebesar 0,81 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani sebesar 0,50 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono.

Margo mengatakan kenaikan NTP disebabkan kenaikan harga jual beberapa komoditas, seperti gabah, kelapa sawit, dan ayam ras. Sementara itu, kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani dipicu oleh kenaikan harga ayam beras, minyak goreng, dan rokok.

Dari sejumlah subsektor yang dipantau, tanaman pangan menjadi subsektor yang mengalami peningkatan tertinggi. “NTP tanaman pangan mencapai 100,86 atau meningkat sebanyak 0,98 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah kenaikan indeks harga yang diterima petani meningkat hingga 1,48 persen,” sebut Margo.

Sementara itu, NTUP Januari 2022 tercatat sebesar 108,65, naik 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Berbeda dengan NTP, pembanding untuk penghitungan NTUP adalah indeks biaya produksi dan penambangan barang modal (BPPBM).

“BPPBM naik sebanyak 0,68 persen, masih di bawah persentase kenaikan indeks harga yang diterima petani,” terang Margo.

Baca Juga: Kementan: Kenaikan NTP-NTUP Berdampak pada Kesejahteraan Petani
Wow! Realisasi Capai Rp71,854 Triliun, KUR Sektor Pertanian Begitu Diminati

Performa subsektor tanaman pangan memang tidak bisa dilepaskan dari tren harga gabah di tingkat petani. Margo menyebutkan gabah petani dalam bentuk gabah kering panen (GKP) naik sebesar 4,96 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

“Kenaikan ini meningkat dibandingkan persentase kenaikan bulan sebelumnya sebesar 2,64 persen,” katanya.

Harga beras juga turut mengalami peningkatan. Tercatat pada Januari 2022, harga beras grosir meningkat 0,64 persen dan di tingkat pengecer sebesar 0,94 persen.