Menyulap Sawah Jadi Tempat Budidaya Lumut, Pria Ini Raup Rp10 Juta Per Bulan

Tri Subandono, pembudidaya lumut umpan pancing di Sidowayah. (istimewa)

Editor: Dera - Senin, 17 Januari 2022 | 17:00 WIB

Sariagri - Tren hobi memancing dalam beberapa tahun terakhir ternyata memberi rejeki sangat besar bagi para petani di Surakarta, Klaten, dan sekitarnya. Puluhan ribu pemancing di waduk-waduh di sekitar Surakarta dan sungai Bengawan Solo membutuhkan pakan terbaik, yakni lumut, yang kebutuhannya disediakan oleh para petani yang mengubah sawahnya menjadi kolam-kolam lumut.

“Sudah 10 tahun terakhir mungkin ya. Di sini air kan bagus, mengalir, jadi sawah banyak yang diubah menjadi kolam ikan. Nah 10 tahun yang lalu hobi mancing makin popular, mereka butuh lumut, maka kita jadi pembudidaya lumut,” kata Tri Subandono, 53 tahun, warga Sidowayah, Klaten.

Tri Subandono bercerita, untuk lahan satu patok seukuran 3.000-an meter jika ditanamin padi dalam tiga bulan hanya menghasilkan sekitar Rp8 juta itu pun jika tidak kena hama. Dari hasil itu sepertiga untuk modal bibit dan pupuk, sepertiga untuk penggarap, dan sebagai pemilik sawah ia hanya mendapat sepertiganya.

Nah, begitu diubah menjadi kolam budidaya lumut, hasilnya dalam sebulan ia bisa memanen dan menjualnya dengan harga minimal Rp10 juta yang dipotong biaya satu tenaga kerja tambahan untuk membantunya merawat kolam lumut, ia masih bisa mendapat Rp8 juta bersih.

“Kalau harga lagi melonjak tinggi, panen saya bagus, saya bisa dapat Rp10 juta bersih. Ini hasilnya 3-4 kali dari menanam padi yang sudah biaya tinggi, risikonya juga tinggi sekali,” jelas Subandono.

Di sekitar Klaten dan Boyolali yang berbatasan dengan Sidowayah, seperti kampung Ponggok, Ndelanggu, dan Sawit, menurut Subandono, ada seratusan petani lumut umpan pancing. Dan itu belum mencukupi untuk menyuplai kebutuhan para pemancing di Surakarta dan sekitarnya.

“Saya saja hanya bisa manen Jumat, Sabtu, Minggu. Hari biasa belum bisa mencukupi karena keterbatasan lahan jadi ya hanya bisa dipanen seminggu tiga hari. Mungkin ada puluhan ribu pemancing di Surakarta dan sekitarnya,” kata Tri Subandono.

Harga jual lumut pakan pemancing ini per sak gandum cakra dan kencama merah adalah Rp 200 ribu. Jadi dalam sebulan Tri Subandono bisa memanen kira-kira 50 sak karung gandum. Harga jual ini adalah harga jual kepada para pengepul atau toko-toko kebutuhan para pemancing di Kota Sukarta.

Cara Budidaya Lumut

Tri Subandono membagi cara budidaya lumut umpan pancing ini kepada Sariagri. Pertama, sawah harus diubah total menjadi kolam air dan harus steril dari lumpur.

Setelah lahan steril, lahan musti dikeringkan dan diberi dolomit sampai merata. Beberapa hari dolomit sudah kering lalu air dimasukkan ke lahan sampai penuh dan ditabur bibit lumut.

“Usahakan bibit lumut yang bagus, kasar, dan panjang. Setelah ditabur bibit, lumut yang sudah menempel di dasar dan pinggir lahan kita ambilin biar mengambang di air, istilah sini dibanjake biar rata ke seiisi kolam. Setelah itu dikontrol 1-2 hari sekali. Dalam waktu seminggu sudah bisa dipanen,” jelas Tri Subandono.

Jika proses berjalan lancar 1 sak bibit lumut dalam satu minggu menghasilkan 2 sampai 3 sak panen, dan setelah dipanen pun tak perlu menabut bibit lagi dia akan kembali bisa dipanen seminggu lagi begitu seterusnya.

Baca Juga: Menyulap Sawah Jadi Tempat Budidaya Lumut, Pria Ini Raup Rp10 Juta Per Bulan
Nekat! Pria Ini Mulai Budi Daya Lele Sangkuriang dari Modal Uang Bayar Angsuran Motor Rp700 Ribu

“Dengan catatatn debit air dan cuaca mendukung. Hujan dan panas seimbang, itu bagus,” jelas Tri Subandono.

Sayangnya, budidaya lumut umpan pancing hanya bisa dijalankan di musim penghujan. Kalau musim kemarau, sungai dan waduk airnya menyusut dan lebih tenang sehingga banyak lumut tumbuh di pinggir-pinggir sungai dan waduk yang bisa diambil gratis oleh para pemancing.

“Nah kalau musim kemarau pembudidaya lumut alih profesi jadi petani ikan. Sekarang lagi tren ikan koi dan koki. Jadi tetap bisa memutar ekonomi di kala pandemi ini,” pungkas Tri Subandono.