Jumlah dan Keanekaragaman Serangga Dipengaruhi Lokasi dan Pemanfaatan Lahan

Ilustrasi - Serangga penyerbuk.(Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Rabu, 13 Oktober 2021 | 14:10 WIB

Sariagri - Sejumlah ilmuwan di dunia melaporkan semakin banyak bukti yang menunjukkan terjadinya penurunan kuantitas dan keragaman serangga. Temuan itu menimbulkan keprihatinan besar. 

Tim peneliti dari Julius-Maximilians-Universität Würzburg (JMU), Bavaria, Jerman mengaitkan penurunan jumlah serangga dengan alih fungsi lahan dan perubahan iklim yang ditandai peningkatan suhu dan kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan urbanisasi menjadi faktor kunci lainnya dalam penurunan serangga secara keseluruhan.

Dalam riset yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, peneliti memasang perangkap untuk mengumpulkan serangga terbang, serangga merangkak dan serangga melompat saat musim semi tahun 2019. Mereka menggunakan malaise-trap yang diletakkan di 179 lokasi di dataran rendah hingga dataran tinggi di atas 1.100 meter di atas permukaan laut di Hutan Bavaria dan Pegunungan Alpen.

Perangkap itu diletakkan di hutan, padang rumput, ladang, permukiman, tertanam dalam lanskap semi alami, pertanian dan perkotaan. Setiap 14 hari sekali, peneliti mengosongkan perangkap untuk seluruh periode vegetasi. Selanjutnya, peneliti menentukkan biomassa serangga yang tertangkap dan mengidentifikasi spesies individu menggunakan sekuensing DNA.

"Dalam studi ini, kami untuk pertama kalinya mampu menguraikan dampak iklim dan pemanfaatan lahan pada serangga di Eropa Tengah. Menariknya, suhu di lokasi saat itu dan suhu tahunan hanya memiliki efek positif pada biomassa dan keragaman populasi serangga. Bentuk pemanfaatan lahan, di sisi lain memiliki efek berbeda pada biomassa dan keragaman," ujar Jorg Muller dari JMU.

Peneliti lainnya, Johannes Uhler mengungkapkan mereka juga mengamati perbedaan biomassa serangga di lingkungan semi-alami dan perkotaan. Di kota, biomassa serangga 42 persen lebih rendah. Keanekaragaman serangga 29 persen lebih rendah di lingkungan pertanian dibandingkan habitat semi-alami. Bahkan di area pertanian terdapat 56 persen lebih sedikit untuk spesies serangga terancam punah.

Baca Juga: Jumlah dan Keanekaragaman Serangga Dipengaruhi Lokasi dan Pemanfaatan Lahan
Selain Jadi Pakan Ternak, Ini Keuntungan Lain dari Lalat Tentara Hitam

"Pola kontras biomassa dan keanekaragaman spesies ini merupakan tanda peringatan penting bagi para peneliti. Untuk pemantauan serangga, orang tidak boleh menyimpulkan penurunan biomassa juga berarti penurunan keanekaragaman spesies dan sebaliknya,” kata Uhler dikutip phys.org.

Berdasarkan temuan baru itu, peneliti JMU merekomendasikan lebih banyak ruang hijau di lingkungan perkotaan untuk meningkatkan biomassa serangga. Skema lingkungan pertanian harus diperluas lebih lanjut untuk meningkatkan keanekaragaman hayati dan habitat hutan harus dijaga.

Video terkait: