Akibat Cuaca Tak Tentu, Petani Garam Daerah Ini Gagal Panen hingga Ratusan Ton

Suasana Ladang Garam Milik Petani di Desa Cendimanik, Lombok Barat, NTB. (Sariagri/yongki)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Senin, 11 Oktober 2021 | 17:00 WIB

Sariagri -  Belasan hektar ladang garam di wilayah Cendimanik, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, mengalami gagal panen karena kondisi cuaca yang tidak menentu hingga membuat ratusan garam siap panen rusak diterpa air hujan.

Ketua Kelompok Tani Garam di Desa Cendimanik, Mahyudin menuturkan sejak sebulan terakhir, wilayahnya terus-terusan diguyur hujan dan garam yang telah berumur dua bulan pun ikut disapu oleh derasnya intensitas hujan yang turun.

Dijelaskan Mahyudin, jika biasanya para petani garam mampu meraup sebanyak 150 ton dalam sekali panen, kini mereka hanya bisa menghasilkan 20 hingga 30 ton saja. Artinya, sekitar 120 ton hasil garam ludes disapu cuaca buruk dari 30 hektar lahan yang dimanfaatkan.

"Jika saya totalkan kerugian sekarang ini mungkin sudah mencapai 30 juta untuk biaya bensin sama kosumsi pekerja sama persiapan yang lain," terangnya kepada Sariagri.

Selain karena datangnya musim hujan yang tidak normal, kerusakan garam para petani diakibatkan oleh kurang mendukungnya sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti penampungan air tuah, media garam yang rusak dan ladang garam yang semakin lama semakin menyusut akibat tidak pernah di gali menggunakan alat berat.

Kurangnya kualitas peralatan pembuatan garam cukup berpengaruh terhadap produksi garam petani. Seperti penampungan air tuah misalnya, yang belakangan juga dikeluhkan para petani akibat daya tampung yang minim dan tidak tahan oleh kondisi cuaca.

"Sebenarnya meskipun huja jika tempat air tuah ini bagus, dia tidak akan berpengaruh. Artinya meski garam kita rusak tapi ada stok air dari penampungan yang bisa kita garap lagi, tapi sekarang ini tidak ada," paparnya.

Tidak hanya soal peralatan atau media pembuatan garam. Para petani juga mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan bakar minyak (BBM) untuk mengatur mesin pemompa air garam. Maklum, di kawasan sentra garam Cendimanik belum ada dukungan listrik dari pemerintah. Akibat kondisi itu, penerangan dan mesin penggerak air garam tidak bisa jalankan jika tidak menggunakan bahan bakar.

"Kita berharap juga PLN ini masuk ke kami untuk membangun listrik sebagai penerangan karena kalau malam kita kesulitan soalnya," imbuhnya.

Untuk mengganti kerugian mereka, sebagian dari para petani memilih menyulap ladang garam mereka sebahai lokasi membudidayakan ikan air tawar dan udang karena dianggap lebih menjanjikan. Para petani garam berhaeap perhatian serius dari pemerintah setempat untuk mendukung fasilitas mereka agar bisa bertahan ditengah cuaca yang tidak menentu.

Baca Juga: Akibat Cuaca Tak Tentu, Petani Garam Daerah Ini Gagal Panen hingga Ratusan Ton
Kementan Siapkan 'Jurus Jitu' Antisipasi Dampak La Nina pada Tanaman Padi



"Sebagian lahan mau tidak mau kami manfaatkan untuk ikan sama udang," pungkasnya.