Petani Sesalkan Mendag Bilang Stok Tidak Ada, Waspadai Pemburu Rente Impor Jagung

Petani di Lombok membuang hasil panen jagung. (Sariagri/Yongki)

Penulis: Yoyok, Editor: Arif Sodhiq - Kamis, 23 September 2021 | 20:00 WIB

Sariagri - Sejumlah kalangan menyayangkan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi, yang mengatakan stok jagung nasional saat ini dalam kondisi tidak tersedia. Sebab, hal ini menandakan koordinasi antarkementerian tidak jalan, juga memicu pemburu rente untuk memenfaatkan keran impor jagung.

“Kondisinya sangat berbeda dengan pernyataan yang diucapkan, dimana stok jagung saat ini dalam kondisi tersedia,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola saat dihubungi, Kamis (23/9).

Sola mengatakan, Mendag Lutfi sebaiknya mencari jalan keluar dan menenangkan para peternak agar tidak khawatir dengan ketersediaan pakan. Lebih dari itu Mendag harus memastikan bahwa Indonesia tidak akan mengeluarkan kebijakan impor dengan dalih pemenuhan kebutuhan.

“Menurut saya optimalkan dulu produksi yang melimpah di dalam negeri. Serap jagung petani. Tidak buru-buru mengambil keputusan impor. Apalagi di luar negeri harga jagung juga sedang mahal. Kita kan mau menggerakkan ekonomi nasional, bukan menggerakkan ekonomi negara lain,” katanya.

Sejauh ini persoalan yang terjadi pada perjagungan hanya ada di Kabupaten Blitar saja atau lebih tepat di Koperasi Putra Blitar, tempat dimana Suroto, peternak yang membentangkan poster protes pada Presiden Joko Widodo bernaung.

“Saya lihat di Sumatera aman, di Bali juga aman. Artinya jagung ada dimana-mana dan tidak kekurangan. Hanya saja Koperasi Putra di Blitar yang bermasalah, dimana mereka baru membayar 10 ton kiriman jagung dari total 100 ton,” ujar Sola.

Menurut Sola, Koperasi Putra Blitar itu sangat memalukan karena sampai Presiden sendiri yang harus turun tangan. Karena itu sudah saatnya keberadaan koperasi yang diketuai Sukarman itu dilakukan evaluasi.

“Ini pelajaran agar ke depan semua persoalan jagung tidak perlu Presiden langsung yang turun tangan. Cukup sampai Kepala Dinas saja sudah selesai,” katanya.

Sugeng, salah satu petani dan pengepul Jagung asal Kabupaten Tuban, Jawa Timur mengatakan bahwa kondisi perjagungan saat ini dalam keadaan tersedia, bahkan cenderung melimpah.

“Di beberapa desa Kabupaten Tuban saat ini sedang menggelar panen raya. Jadi bagaimana mungkin bisa dikatakan jagung kita dalam kekurangan. Bahkan kita mampu menghasilkan 8 ton untuk satu kali tanam,” katanya.

Hal yang sama disampaikan Pengumpul, Pedagang sekaligus Pengelola Korporasi Petani khusus Jagung di Nusa Tenggara Barat, Dean Novel. Dia mengatakan bahwa stok jagung di sejumlah Provinsi saat ini dalam kondisi yang sangat melimpah alias tidak terjadi kekurangan sedikitpun. Sebaliknya, ia dan petani jagung NTB mempertanyakan peranan Kemendag dalam melakukan distribusi.

"Yang pertama Kemendag jangan melihat kondisi jagung dari musim tanam atau musim kosong. Tapi mereka harus melihat dari momen over suplay. Tidak adil itu namanya. Sekarang kami jadi bertanya kemana mereka saat petani membutuhkan. Kemendag harus bertanggungjawab karena mereka adalah regulator perdagangan yang mengatur HPP," ujar Dean.

Menurutnya, di NTB dengan ukuran Pulau Lombok saja memiliki areal panen 2.100 hektare. Lalu ada 2 Kecamatan yang sejak dulu selalu memasuki masa panen pada akhir Oktober. Dari 2 Kecamatan itu masing-masing adalah Kecamatan Gerung dan Kecamatan Lembar.

"Di dua Kecamatan itu saja luasan panennya mencapai 4.000 hektare dan menghasilkan 6 ton pipilan jagung kering perhektare. Jadi rasanya tidak masuk akal kalau Pak Mendag bilang stok jagung tidak ada. Jadi kalau Pak Mendag mau cari 30 ribu ton jagung datang saja ke NTB dan bawa duit, lalu beli jagung petani sambil nikmati sunset," katanya.

Baca Juga: Petani Sesalkan Mendag Bilang Stok Tidak Ada, Waspadai Pemburu Rente Impor Jagung
Kisruh! Pejabat Kemendag dengan Kementan soal Stok Jagung

Bagi Dean, pernyataan tidak ada stok jagung memang tidak masuk akal. Apalagi semua daerah sentra jagung di NTB sedang melaksanakan panen raya. Terlebih saat ini ada kecenderungan petani di NTB ogah menjual jagung dalam bentuk batangan.

"Mereka maunya menjual dalam bentuk pipilan kering karena harganya bagus di kisaran 5 ribu. Sekali lagi, saya dan petani di NTB mengundang Menteri Perdagangan datang ke kawasan sentra jagung di Kecamatan Jerowaru, Sambelu dan Ringga Baya. Mari kita selesaikan jagung dengan cara negarawan," katanya.