Mantan Presenter Ini Mantap Tinggal di Desa, Bangun Potensi Hingga Mengedukasi

Editor: Yoyok - Selasa, 21 September 2021 | 15:00 WIB
Sariagri - Alasan wanita yang satu ini dan suaminya tinggal di perdesaan, selain untuk menikmati hidup, juga untuk memiliki misi mulia yaitu membangun desa seraya membagikan ilmu yang telah didapatnya di kota.
Wanita itu adalah Dita Faisal. Wanita yang sempat berkarier sebagai presenter di salah satu stasiun televisi swasta ini menceritakan hidup di desa merupakan cita-cita yang telah direncanakannya sejak tahun 2016. Namun, baru di tahun 2021 keinginannya itu terwujud.
“Hidup di desa adalah impian bersama yang direncanakan sejak 2016. Jauh sebelum pandemi, kami sering berbincang untuk menikmati suasana alam terbuka, mendengar kicauan burung tiada henti, mengajar ilmu yang kami punya untuk orang sekitar yang membutuhkan, kemudian bercocok tanam. Alhamdulilla,h cita-cita kami klop, sehingga sejak 2016 mulai memilih invetasi ke perdesaan,” ujarnya kepada Sariagri.id, beberapa hari lalu.
Dita yang lahir di Balikpapan 34 tahun silam ini mengatakan, keinginannya untuk terjun ke dunia pertanian tercetus sejak tahun 2018. Dita melihat alam yang semakin rusak akibat bencana, atas dasar itu dengan melakukan pendekatan dari jauh. Ia pun memiliki rencana aksi reboisasi serta berinvestasi dalam bidang pertanian.
“Aku merasa alam sudah tidak seimbang. Aku pengen menikmati alam dan meningkatkan harapan hidup dengan penghijauan. Dari situ kami mula berencana melakukan reboisasi. Alhamdulillah, pendekatan dari jauh dijembatani oleh kakak ipar di Desa Serang, Blitar. Warga mempercayakan kepada kami beberapa lahan untuk dikelola untuk penghijauan,” jelasnya.
Blitar merupakan wilayah agraris, tanahnya subur memungkinkan petani untuk menanam beragam komoditas seperti jagung, kopi, singkong, padi, tebu, bawang merah, pisang, cabai dan lain sebagainya.
“Blitar memang bukan kampungku. Blitar itu kampung suamiku karena dulu bapak dan ibunya berasal dari Blitar. Selain Blitar kami juga mulai berinvestasi lahan di kawasan pegunungan, di area wisata Puncak Wonosalam Jombang,” tuturnya.
Dita mengungkapkan, di tahun 2018 dirinya pernah mencoba menanam jagung, namun ketika panen harganya anjlok sehingga dia pun mengalami kerugian. Untuk itu, lanjut dia, ditanamlah komoditas lainnya.
“Aku sih tidak masalah (rugi), namanya juga mencoba. Dari situ kemudian kami mencoba menanam tanaman produktif, misalnya nangka, dan juga tanaman untuk konsentrat pakan ternak dan pewarna alam indigofera. Sejauh ini indigofera yang masih bertahan,” terangnya.
Dita menyebutkan kendala yang dihadapi saat bertani di Blitar yaitu kondisi lahan yang berbatu, meskipun begitu kondisi tanahnya sangat subur untuk tanaman tertentu. Selain itu,kendala lainnya adalah listrik yang setiap hari selalu padam, dan jaringan internet yang mahal juga lemah.
“Bagiku, petani milenial butuh akses internet untuk publikasi hasil pertaniannya. Dengan internet makin besar peluang untuk bisa langsung ketemu pembeli. Potensi sektor pertanian sangat bagus. Di sini apa aja laku, pembeli sudah antre untuk beli. Selama kita punya produk jangan khawatir untuk memasarkan,” katanya.
Mengedukasi Pemuda Desa dan Desa Wisata
Latar belakang sebagai seorang jurnalis rupanya sangat berguna diterapkan di desa. Hal itu terbukti dengan merangkul anak-anak milenial guna mengeksplorasi potensi alam desa. Dita bersama suami kerap membuat konten video kegiatan positif yang tidak ditemukan di perkotaan.
Bermodal perlengkapan seperti kamera DSLR, peralatan editing, perlengkapan perkayuan, hingga perlengkapan kopi. Dengan modal tersebut dimulai untuk mengulas kegiatan anak-anak Desa Serang, Blitar.
“Aku dan suami melakukan pendekatan kultural kurang lebih 2 bulan pertama di desa. Memperkenalkan pentingnya publikasi di medsos dengan membuat konten positif tentang potensi lokal yang gak ada di perkotaan,” urainya.
Lewat konten video yang dibuatnya, Dita turut membantu mempromosikan program desa wisata yang digagas pemerintah desa sejak beberapa tahun belakangan. Selain itu, dia juga membuat program yang mampu mendatangkan wisatawan, di mana hal tersebut tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
“Awalnya mau buat konten tumpang sari menanam cabai, eh melihat lahan jagung luas, aku dan suami kepikiran buat festival jagung bakar. Kenapa nggak? kuncinya tinggal dipendekatan ke warga lokal. Kemudian kita beli jagungnya beberapa persen dari hasil panen, kemudian kita jadikan konten. Ini efektif untuk mendatangkan wisatawan,” ujarnya.
“Jadi aku kerjasama sama pemuda-pemuda desa untuk membuat program festival jagung, dan mulai gencar mendatangi petani lokal untuk bersiap mendukung kegiatan festival jagung bakar. Kami yakin semua yang diawali dari hal kecil akan mendapat perhatian ke depan, asal konsisten,” tambahnya.
Dita menyebutkan pemerintah desa selalu mendukung segala bentuk program yang dibuat, namun, kata dia, dukungan saja tidak cukup tanpa disertai modal. Meskipun begitu, dia bersyukur bisa memfasilitasi warga dengan apa yang dia punya.
“Kami mengajar dari pagi sampai malam. Cara belajar kami adalah berdiskusi dan praktek. Kan semua tetangga ya, kita jadikan obrolan sebagai bahan diskusi ngekonten dan yang menghasilkan ke depan. Alhamdulillah, jadi juga youtube channel baru khusus desa, Serang Youth Creative yang khusus mengulas tentang kegiatan anak-anak desa, baik seputar pantai untuk surfing, pertanian, peternakan, perkayuan, dan perkopian,” paparnya.
Baca Juga: Mantan Presenter Ini Mantap Tinggal di Desa, Bangun Potensi Hingga MengedukasiCerita Gede Artha, Petani Milenial Sukses Raup Omzet 20 Juta per Bulan dari Usaha Jamur
Selain itu dia juga aktif membuat konten pada channel youtube pribadinya, Vlog News. Dita selalu menanamkan kepada generasi muda di desa untuk membuat konten yang positif dan inspiratif, menurutnya hal itu akan menghadirkan penonton tersendiri.
“Pokoknya hadirkan selalu konten yang bermanfaat, gali potensi desa, dan tunjukkan bahwa anak-anak desa luar biasa. Kami memotivasi anak-anak desa bahwa hidup di pedesaan adalah impian masyarakat perkotaan,” pungkasnya. (Arif Ferdianto)