Akademisi: Sektor Pertanian Berhasil Jadi Bantalan Pertumbuhan Ekonomi Saat Pandemi

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. (Dok. Kementan)

Editor: Arif Sodhiq - Minggu, 12 September 2021 | 12:00 WIB

Sariagri - Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi beras melalui berbagai program terobosan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi surplus beras dalam tiga tahun terakhir, yaitu  surplus 4,37 juta ton pada 2018, 2,38 juta ton (2019) dan 1,97 juta ton (2020). BPS memprediksi, pada musim tanam (MT) I Oktober-Maret 2020/2021 akan surplus lebih dari 3 juta ton. 

"Data BPS mencatat sejak 2019 hingga September 2021 tidak ada impor beras umum. Produksi beras tiap tahun sejak 2018 hingga 2021 selalu surplus. Bahkan 2021 sudah mulai ekspor beras premium. Artinya perberasan Indonesia semakin membaik dan ketahanan pangan semakin kuat," demikian diungkapkan Akademisi IPB, Prima Gandhi. 

Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB University mengatakan berdasarkan data BPS, sejak 2017 tidak ada rekomendasi impor jagung pakan ternak. Tren menunjukan produksi mencukupi kebutuhan pakan, bahkan sekarang sudah mulai memasok jagung rendah aflatoksin bahan baku industri makanan minuman dan sudah mulai ekspor.

"Oleh karena itu, mengenai kegiatan ekspor impor pangan, dalam pasar global dan semakin terbuka itu ekspor dan impor adalah wajar, bukan hal yang tabu. Sebab semua negara saling mengisi dan saling membutuhkan. Yang terpenting adalah prinsip ekspor pertanian harus lebih besar dibandingkan impor alias neraca perdagangan mesti surplus," katanya.

BPS mencatat, surplus neraca perdagangan total sektor pertanian 2020 sebesar Rp165,4 triliun diperoleh dari nilai ekspor Rp 450,7 triliun dan impor Rp 285,4 triliun.

Prima Gandhi menjelaskan dalam hal tata kelola, Indonesia merupakan negara besar keempat setelah Cina, Amerika dan India. Berbeda dengan negara lain, Indonesia adalah negara kepulauan sehingga dibutuhkan sistem stok logistik dan distribusi yang mampu menjaga pasokan dan harga. 

"Ini diharapkan mampu meredam dinamika harga akibat sifat tanaman musiman dan keragaman potensi sumberdaya wilayah. Ingat harga naik atau turun itu bukan penyebab, tetapi sebagai akibat," jelasnya.

Faktor pembentuk harga di farm gate, lanjut dia, berbeda dengan di pasar atau konsumen. Karena itu diperlukan kerja sama lintas kementerian/lembaga sesuai tugas dan fungsi masing masing terkait stabilisasi harga.

Baca Juga: Akademisi: Sektor Pertanian Berhasil Jadi Bantalan Pertumbuhan Ekonomi Saat Pandemi
Petani Kulon Progo Panen Beras 'Menor' dengan Kualitas Premium

"Itu sudah ada leading kementerian yang bertugas menangani harga dan impor," terang Prima Gandhi.

Dia menegaskan ketahanan pangan Indonesia sudah teruji tangguh di masa pandemi COVID-19. Faktanya mengacu data BPS, indikator pertumbuhan PDB pertanian selalu positif yaitu 1,75% di tahun 2020. Ekspor pertanian sepanjang 2020 juga tumbuh 15,79 % dan NTP 2020 naik 0,74% dibanding 2019.

"Sektor pertanian berhasil menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid 19. Untuk itu, dari kinerja pertanian ini buat apa mengungkit kinerja masa lalu, lebih baik fokus memperbaiki saat ini dan mengakselerasi program ke depan. Hari esok hari lebih baik dari hari ini," pungkasnya.

Video terkait: