Kesejahteraan Petani Jawa Anjlok, Pengamat: Efek Stabilitas Harga Pangan

Ilustrasi - Petani sedang bekerja di sawah. (Pixabay)

Penulis: Yoyok, Editor: Dera - Jumat, 16 Juli 2021 | 23:00 WIB

SariAgri - Kesejahteraan petani di Jawa paling terpukul selama pandemi virus corona Covid-19 yang telah berlangsung sejak awal 2020. Ini tecermin dari laporan Badan Pusat Statistik (B{S) tentang indeks nilai tukar petani (NTP) di lima provinsi Jawa yang mengalami penurunan terbesar dibanding provinsi lainnya sepanjang Januari 2020 - Juni 2021.

Pengamat sosial pertanian dari Kaukus Muda Indonesia, Edi Humaidi, mengatakan penurunan NPTP di Jawa disebabkan harga produk pertanian tidak mengalami kenaikan. “Di Jawa itu paling stabil, produk pertanian apa saja ada, harganya pun terjangkau. Inilah yang menyebabkan NTP di Jawa menjadi rendah,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (16/7).

Edi memperkirakan NTP petani akan kembali anjlok sebagai dampak dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPPKM) Darurat. “PPKM akan membuat distribusi terganggu sehingga menurunkan daya beli. Ujung-ujungnya, nilai tukar petan menjadi turun juga,” ujarnya.

Seperi diketahui, BPS melaporkan petani di Jawa Barat paling terdampak, terlihat dari NTP yang merosot 7,6 persen akibat indeks yang diterima (It) petani menyusut 4,81 persen, sementara indeks harga yang diterima petani (Ib) justru meningkat 3,23 persen. Posisinya disusul Banten dengan penurunan NTP sebesar 7,07 persen, Yogyakarta 5,37 persen, Jawa Timur 4,76 persen, dan Jawa Tengah 4,38 persen.

Sementara itu, NTP di Kalimantan Barat mengalami kenaikan terbesar 16,52 persen karena It petani naik 19,3 persen, sedangkan Ib hanya meningkat 2,2 persen. Posisi Kalimantan Barat diikuti Bangka Belitung yang NTP-nya meningkat 14,47 persen, Jambi 12,32 persen, Sulawesi Barat 9,59 persen, dan Bengkulu 9,51 persen.

Baca Juga: Kesejahteraan Petani Jawa Anjlok, Pengamat: Efek Stabilitas Harga Pangan
Nilai Tukar Petani Juni 2021 Naik 0,19 Persen, Provinsi Ini Tertinggi

Sedangkan rata-rata NTP secara nasional pada Juni 2021 turun 0,55 persen menjadi 103,59 poin dibanding 104,16 poin pada Januari 2020. Penurunan ini akibat indeks yang diterima (It) petani hanya naik 2,13 persen, sementara indeks yang dibayar (Ib) petani meningkat 2,88 persen pada periode yang sama.

Perlu diketahui, NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (Ib) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan indikator untuk melihat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.