Keunggulan Varietas Padi Baru yang Dikembangkan Peneliti Unej

Peneliti Universitas Jember Mohammad Ubaidillah (Antara/HO-Humas Unej)

Editor: Arif Sodhiq - Rabu, 12 Mei 2021 | 11:30 WIB

SariAgri - Sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Pertambahan jumlah penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan beras, namun lahan pertanian semakin menyusut. Karena itu pengembangan varietas padi baru terus dilakukan.

Peneliti dari Universitas Jember (Unej) Mohammad Ubaidillah mengembangkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal.

"Untuk memenuhi kebutuhan beras itu maka berbagai cara ditempuh guna meningkatkan produksi padi nasional, salah satunya mengembangkan padi varietas baru berbasis plasma nutfah padi lokal," ujanya di laboratorium Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unej, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (11/5/2021).

Ubaidillah yang juga dosen Fakultas Pertanian Unej mengungkapkan pemilihan plasma nutfah padi lokal sebagai basis pengembangan varietas padi baru karena beberapa faktor keunggulan. Keunggulan itu di antaranya plasma nutfah padi lokal sudah terbukti mampu berkembang dan bertahan di kondisi alam Indonesia.

"Plasma nutfah padi lokal yang kita miliki ini adalah jenis padi lokal yang hidup di berbagai daerah di Indonesia yang sudah mengalami evolusi secara alami tanpa campur tangan manusia dan terbukti mampu tumbuh berkembang di alam Indonesia," jelasnya.

Ubaidillah memiliki sekitar 100 plasma nutfah padi lokal dan 20 plasma nutfah padi dari Jepang, Korea Selatan dan Cina. Semua plasma itu tersimpan di laboratorium Program Studi Agroteknologi dan laboratorium CDAST Unej.

Koleksi plasma nutfah padi lokal itu di antaranya padi varietas Bondowoso-1, Bulu Hideung, Ketan Keuyup, Merah Wangi, Kewah Gudril dan lainnya, sedangkan plasma nutfah padi non-lokal yang menjadi koleksinya diantaranya Nippon Barre dari Jepang.

"Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal yang setiap jenisnya memiliki keunggulan tersendiri, bahkan ada jenis padi yang tidak disukai oleh hama seperti binatang karena kulit luarnya membuat gatal bagi tikus dan burung yang memakannya," katanya.

Menurut dia, jumlah petani yang menanam padi lokal terus berkurang karena biasanya umur tanamnya lama dan produktivitasnya rendah. Ini berbeda dengan padi hibrida seperti jenis IR-64 yang dalam jangka waktu 125 hari sudah dipanen dengan hasil yang lebih banyak dibanding padi lokal.

Namun padi hibrida seperti padi IR-64 juga memiliki kekurangan. Karena bukan plasma nutfah lokal, padi IR-64 rentan dengan gangguan hama dan tidak selalu cocok ditanam di semua wilayah di Indonesia. Beda dengan padi lokal yang sudah terbukti cocok dengan lingkungan dan iklim setempat.

Ubaidillah tengah menjajaki riset mengembangkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal, khususnya riset padi berwarna. Selain itu dia juga berusaha menyilangkan padi lokal jenis hitam dari Jawa Timur dengan padi lokal jenis Cupu Slamet dari Jawa Tengah.

"Padi berwarna yang menghasilkan beras merah atau beras hitam punya keunggulan memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih, sehingga baik bagi kesehatan dan cocok bagi penderita diabetes," katanya.

Baca Juga: Keunggulan Varietas Padi Baru yang Dikembangkan Peneliti Unej
Inpari 30 Ciherang Sub 1, Varietas Padi Tahan Banjir

Menurutnya padi lokal seperti jenis Hitam dan Cupu Slamet umumnya memiliki ukuran tinggi namun anakannya sedikit. Karena itu perlu pemuliaan untuk memilih sifat yang baik dari tiap jenis padi lokal dan menyilangkannya dengan tujuan menghasilkan varietas padi lokal baru yang lebih unggul dan melestarikan keberadaan plasma nutfah padi lokal.

"Negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang pangan pokoknya nasi sangat produktif menghasilkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal setempat dan setiap tahun bisa puluhan varietas baru yang berhasil diciptakan," pungkasnya.