Berita Pertanian - Yuli mengungkapkan pohon aren banyak tersebar di Jawa Barat dan melihat besarnya potensi pohon aren serta keluhan petani
SariAgri - Berawal dari keinginan untuk melepaskan petani aren dari jeratan tengkulak nakal, Yuli memulai bisnis aren dan rela melepaskan pekerjaannya. Warga Kabupaten Bandung Barat ini menilai bisnis aren sangat menjanjikan, dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Yuli merupakan salah satu petani milenial binaan Dinas Perkebunan Jawa Barat. Dia adalah founder Gandrung Alam, yang selama beberapa tahun terakhir berkecimpung di bidang pengolahan nira aren.
Saat menjadi narasumber pada Webinar Agribisnis Gula Aren Versi Petani Milenial yang diselenggarakan oleh Bidang Sumberdaya Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Yuli mengungkapkan awal mula dirinya terjun di bidang ini.
Yuli mengungkapkan pohon aren banyak tersebar di Jawa Barat. Dia pun melihat besarnya potensi pohon aren serta keluhan petani aren di Bandung Barat terkait harga gula aren yang mereka terima sangat rendah. Per kilo gula aren hanya dihargai Rp 10 ribu oleh tengkulak. Hal inilah yang melatarbelakangi Yuli untuk mulai menggarap pengolahan nira aren menjadi gula semut.
“Berawal dari pelatihan wirausaha baru yang diselenggarakan oleh Disbun, pada saat itu saya memberanikan diri membawa gula ini dengan packaging yang seadanya, ingin menunjukkan bahwa produk yang berpotensi di Jawa Barat ini tidak hanya kopi melainkan gula semut juga”, ujar Yuli, dikutip dari laman resmi Disbun Jabar.
Sebelum mengikuti pelatihan wirausaha baru, Yuli mengaku bahwa packaging gula semutnya masih tidak menarik. “Dulu ada yang berkomentar bahwa packaging gula semutnya tidak eye catching”, ucap Yuli.
Menurut Yuli, Disbun kemudian menghadirkan narasumber yang hebat pada saat pelatihan wirausaha baru sehingga membuatnya mulai memberanikan diri untuk repackaging kemasan gula aren semutnya.
Gandrung Alam yang dibangun Yuli, terbentuk sejak 11 November 2017. Pada November 2018 mulai berbisnis gula aren dan berjualan dari stan ke stan. Selanjutnya pada Desember 2018 mulai mendapatkan pre order dari distributor dengan produksi gula aren sebanyak 50 kg per minggu dan gula semut 1 kwintal per minggu. Kemudian jumlah pesanan gula aren semakin meningkat yaitu Januari 2019 mencapai 2 kwintal per minggu.
Baca Juga:
UMKM Ini Kembangkan Gula Aren dari Sawit
Legitnya Berpotensi, Gula Aren Garut Semakin Menjanjikan
Kemudian pada Februari 2019 Yuli mulai memproduksi brown sugar dengan jumlah orderan 3.5 kwintal per minggunya. Permintaan brown sugar terus meningkat hingga 5 kwintal per minggu. Yuli juga sudah mendapatkan perijinan PIRT dan kunjungan dari ITB untuk pengembangan usaha.
"Agustus hingga Oktober 2019 sudah berhasil mendapatkan sertifikasi halal. Januari 2020 mulailah pengembangan usaha mendirikan kedai kopi dengan nama Kopibeb," ujarnya.
Selain itu, Yuli menyebutkan bahwa visi Gandrung Alam sendiri adalah untuk menjadi agregator bisnis komoditas perkebunan dan pertanian yang bertumpu pada inovasi dan kolaborasi dalam pengembangan SDM serta penerapan praktek pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan. Sedangkan untuk misinya adalah inovasi pemberdayaan ekonomi masyarakat pertanian, perkebunan dengan pendekatan bisnis dan kolaborasi dalam meningkatkan kualitas hidup petani dan keluarganya.
Yuli mengungkapkan bahwa bisnisnya ini bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan impactnya lebih kepada social interface dan kembali kepada petani. Keinginan terbesar Yuli adalah supaya para petani gula aren dapat terlepas dari jeratan para tengkulak.
Menurut Yuli sampai saat ini produknya telah berkembang menjadi beberapa varian yaitu gula semut, brown sugar, liquid aren sugar dan gula aren gandu. Yuli mengaku bahwa dirinya banyak mendapatkan pencerahan semenjak dibina oleh Disbun Jabar. Salah satu diantaranya adalah terkait perizinan usaha.
“Saya percaya ketika ini berjalan, tidak perlu kita menunggu bantuan tapi ketika ini berjalan maka pemerintah akan memberikan bantuan terhadap kegiatan yang kita jalankan”, jelas Yuli.