Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mensosialisasikan penggunaan pupuk organik yang diperkaya dengan mikrob atau pupuk organik hayati.
SariAgri - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mensosialisasikan penggunaan pupuk organik yang diperkaya dengan mikrob atau pupuk organik hayati.
Kepala Balitbangtan Dr. Fadjry Djufry mengungkapkan pupuk organik bisa menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengembalikan kesuburan tanah. Apalagi jika pupuk organik ditambah dengan komponen lain seperti mikrob.
“Bentuk pupuk organik dapat berupa padat atau cair. Ia juga dapat diperkaya bahan mineral atau mikrob bermanfaat. Tugas kita menderaskan informasi teknologi tersebut ke petani seluas mungkin. Tujuannya agar setiap petani mampu menyehatkan tanahnya sendiri,” ujarnya.
Peneliti Balittanah, Dr. Ir. Etty Pratiwi menjelaskan pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos bisa diperkaya dengan mikrob seperti Trichoderma (dekomposer), mikrob penghasil antipatogen, mikrob pelarut P, dan bakteri penambat N. Namun, mikrob tidak serta-merta ditambahkan ke pupuk organik, tetapi harus memenuhi kualifikasi dan melalui beberapa proses.
“Syarat pupuk hayati pengaya adalah bersifat unggul artinya memiliki sifat fungsional dan daya tahan. Selain itu, jika menggunakan lebih dari satu mikrob, mikrobnya tidak bersifat saling antagonis. Mikrob juga harus dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam pupuk organik serta bisa memberikan nilai tambah pada pupuk organik,” paparnya.
Baca Juga: Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi
10 Provinsi Penghasil Beras Terbesar di Indonesia - Berita Pangan
Pengayaan pupuk organik dengan mikrob teruji memberikan manfaat dan lebih menyuburkan tanaman. Sebagai contoh, pupuk organik yang diperkaya Trichoderma bisa mengurangi layu Fusarium sp. pada cabai dan bercak coklat pada tomat. Tidak hanya itu, terdapat beberapa manfaat lainnya dari pengayaan pupuk organik dengan mikrob.
“Pupuk organik yang diperkaya mikrob bisa meningkatkan efisiensi pupuk anorganik 20-50%, meningkatkan hasil panen 20-50%, meningkatkan kualitas hasil panen, meningkatkan ketahanan tanaman, dan bisa memperbaiki kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan,” katanya.
Penggunaan teknologi mikrob sejalan dengan misi Kementan guna mengoptimalkan inovasi untuk kemajuan pertanian seperti yang selalu disampaikan Mentan Syahrul Yasin Limpo di berbagai kesempatan.
“Ilmu terus berkembang, teknologi semakin maju. Dan pertanian kita pun sudah masuk dalam era 4.0. Artinya inovasi dan teknologi harus juga diterapkan dalam pertanian. Karena inovasi ini yang bisa membantu kita meningkatan produktivitas pertanian,” kata Syahrul.
Lebih lanjut, Etty menjelaskan jika mikrob bisa didapatkan dan diisolasi dengan cara sederhana. Dia mencontohkan untuk mendapatkan Trichoderma sp., bisa dilakukan dengan menggunakan media serasah akar bambu, daun bambu dan nasi.
Ketiganya dimasukkan ke dalam media batang bambu dan didiamkan selama 5-7 hari. Setelah itu terbentuk koloni fungi. Namun fungi tersebut harus diidentifikasi dan diuji terlebih dahulu.
Selain itu mikrob juga bisa didapatkan di lembaga pengelola culture collection, unit Balitbangtan, perguruan tinggi, hingga online shop.
Untuk diketahui pupuk adalah komponen yang melekat di dunia pertanian karena kandungan haranya dibutuhkan agar tanaman tumbuh subur. Penggunaan pupuk organik hayati bisa menjadi pilihan karena selain menjadi solusi pemupukan berimbang, teknologi pemupukan ini juga ramah lingkungan dan sangat tepat digunakan untuk program peningkatan produktvitas pertanian.