Berita Pertanian - Anggota Komisi IV DPR Endang S Tohari menyayangkan kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran lingkup Kementan) tahun 2021 hingga Rp6 trilun
SariAgri - Ekonom Universitas Indonesia, Dorodjatun Kuntjoro Jakti meminta semua elemen bangsa menjaga dan merawat ketersediaan pangan nasional yang sejauh ini masih dalam kondisi baik. Menurut dia, kebutuhan pangan mutlak dipenuhi secara berkelanjutan karena makanan adalah sumber utama kehidupan.
"Beruntung di tengah pandemi seperti saat ini food tidak jadi soal. Kalau jadi soal mati sudah kita," ujar Dorodjatun dalam diskusi Menakar Kekuatan Sektor Pertanian Sebagai Penopang Ekonomi Nasional yang diselenggarakan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) secara virtual.
Dorodjatun mengatakan pertanian sejauh ini menjadi sektor alternatif dalam memenuhi kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat yang terdampak langsung pandemi COVID-19.
"Sangat terlihat jelas sektor pangan di tengah pandemi jalan terus. Di Indonesia saja kalau terjadi krisis ekonomi masyarakat pasti pulang kampung dan bertanam. Jadi saya kira di dunia ini perekonomiannya negatif semua. Namun untuk pertanian masih positif. Sebab kalau kita bicara perut, kita tidak bisa makan janji, makan visi, makan misi, makan strategi dan makan yang lain-lain. Yang kita makan hanya pangan," katanya.
Baca Juga: Teknologi Pertanian Pintar Dikembangkan untuk Tekan Biaya Produksi
10 Provinsi Penghasil Beras Terbesar di Indonesia - Berita Pangan
Anggota Komisi IV DPR Endang S Tohari menyayangkan kebijakan pemerintah yang memangkas anggaran lingkup Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2021 hingga Rp6 trilun. Dia menilai kebijakan tersebut membuktikan political will negara tidak menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas.
"Ini menunjukkan political will kita terhadap pertanian tidak menjadi prioritas. Ke depan political will yang berpihak pada sektor pertanian akan kita perjuangkan. Sebab bangsa yang kuat adalah bangsa yang berdaulat terhadap pangan. Pangan adalah soal mati hidupnya sebuah bngsa," katanya.
Sebelumnya, Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Riyanto, menemukan adanya kekuatan besar sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui industri manufaktur.
Temuan tersebut, kata Riyanto, merujuk pada data setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap tumbuh kembangnya 1,36 persen pertumbuhan industri.
"Ini hasil temuan penelitian kita, dimana setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian, ada 1,36 persen industri yang tumbuh secara masif. Jadi saya kira hubungan antara pertanian dan perekonomian lebih kuat dibanding hubunganya dengan sektor industri," katanya.
Riyanto mengatakan, pertanian dan agroindustri memiliki potensi besar menjadi mesin penggerak dalam mendorong transformasi struktural yang selama ini belum tuntas. Keduanya bisa menjadi motor penggerak dalam perbaikan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sektor pertanian itu selalu jadi bahan baku industri. Makanya hulu ke hilir memiliki danpak positif. Jadi menurut saya subsektor manufaktur yang musti didorong adalah sektor pertanian. Kenapa? karena bahan bakunya pasti menggunakan bahan pertanian, bahkan mencapai 24 persen," pungkasnya.