Berita pertanian - Metode jebakan diganti dengan alat yang karena ramah lingkungan dan jiwa.
SariAgri - Pemerintah Kabupaten Ngawi Jawa Timur bersama TNI-Polri dan petani melaksanakan gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) hama tikus serentak di 19 kecamatan di wilayah setempat.
Aksi ini digelar sebagai bentuk keprihatinan meluasnya serangan hama tikus yang saat ini menjadi musuh utama petani serta upaya meningkatkan kualitas hasil panen padi.
“Melalui gerakan ini, diharapkan sudah tidak ada lagi keresahan yang seringkali disampaikan petani gagal panen akibat tanaman padi dirusak hama tikus. Karena itu hari ini kami pelopori gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT secara serentak dilakukan diseluruh lahan pertanian dimasing-masing kecamatan se-kabupaten ngawi," kata Wakil Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono kepada SariAgri, kamis (21/1).
Ony langsung turun ke sawah di Desa Jatirejo Kecamatan Kasreman untuk turut membasmi hama tikus.
Dalam kesempatan itu, Ony mengatakan kegiatan tersebut merupakan momentum untuk mengakhiri jebakan tikus menggunakan aliran listrik karena sangat membahayakan bagi petani dan warga sekitar.
“Oleh karena itu, kami juga mengundang perwakilan dari rekan-rekan PLN dan seluruh gapoktan yang ada di Ngawi untuk membuat kesepakatan dan komitmen tidak boleh lagi ada yang memakai jebakan tikus aliran listik karena membahayakan dan tidak ramah lingkungan. Mulai hari ini jebakan tikus listrik dihentikan,” urainya.
Sebagai solusinya, imbuh Ony, Dinas Pertanian Ngawi sudah mempunyai strategi jitu yaitu dengan metode Trap Barrier System (TBS). Metode ini dipraktikan dalam wujud area persawahan dipasangi barrier berupa plastik dengan cara dilubangi dan diberikan jarak 20 atau 50 meter yang didalamnya telah diberikan alat jebakan tikus (mouse trap).
“Selain metode TBS, cara lain yang cukup baik yaitu dengan upaya groyokan atau rumah burung hantu (rubuha) yang kini kembali digalakkan dalam menekan jumlah hama pengerat tersebut,“ kata dia.
Ony meminta gerakan memerangi hama tikus dengan cara yang ramah lingkungan bisa diterapkan secara masif dan serentak di 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi.
“TBS ini tingkat efektivitasnya cukup baik, terbukti kami sudah terapkan di lahan dusun Madiasri Desa Jururejo Kecamatan paron ada deplot seluas 5 hektar kita sudah pasang dan Alhamdulillah hasilnya memuaskan. Hama tikus berkurang,” kata dia.
Sebagai bentuk dukungan dari gerakan pengendalian OPT ini, Pemkab Ngawi sudah menyiapkan payung hukum melalui peraturan bupati (perbup) hingga Peraturan pemerintah desa (perdes) terkait larangan memburu hewan predator tikus seperti ular maupun burung hantu.
Data Dinas Pertanian setempat menyebutkan luasan sawah di kabupaten ngawi mencapai 50. 197 hektar. Dalam satu tahun Kabupaten Ngawi mempunyai sasaran tanam padi 138 ribu hektar. Sedangkan untuk produksi padi di Ngawi mencapai 770 ribu ton gabah kering giling.
Hasil produksi ini menempatkan Kabupaten Ngawi masuk peringkat kedua di Jawa Timur dan peringkat keenam secara nasional untuk daerah penghasil padi.