Sejumlah remaja ini diikutkan sekolah alam Sunda Hejo, Garut , hingga pertengahan tahun ini untuk disiapkan menjadi petani milenial .
SariAgri - Masa pandemi Covid-19 yang tengah berlangsung saat ini, tak menghalangi antusiasme puluhan remaja, mendapatkan materi pendidikan di alam terbuka, kawasan pegunungan Garut, Jawa Barat. Para remaja ini mengikuti sekolah alam yang diadakan Paguyuban Sunda Hejo, Garut ,hingga pertengahan tahun ini yang dinamakan sekolah alam reforestasi, untuk mencetak regenerasi petani di wilayahnya masing-masing.
“ Intinya bagaimana mereka memiliki tekad yang kuat memajukan daerahnya, namun tetap melestarikan alam sekitar,” ujar Ketua Paguyuban Koperasi Kopi Sunda Hejo Garut Hamzah Fauzi Nur Amin..
Menurut Hamzah, sekolah alam reforestasi dibutuhkan untuk mempertahankan regenerasi petani, termasuk pegiat alam di wilayahnya masing-masing. Ada sekitar 46 peserta perwakilan dari 14 kecamatan di Kabupaten Garut yang terlibat dalam pelatihan kali ini.
Dalam prakteknya, para peserta didik dengan interval usia 16-18 tahun tersebut, mendapatkan gemblengan materi selama 6 bulan ke depan dengan ragam pengetahuan. Sebut saja budidaya tanaman, peternakan, pemahaman IT, bahasa asing, adat budaya hingga kesenian daerah dari para mentor yang sengaja dihadirkan panitia.
“Ada dosen dari akademisi kampus, pengusaha, hingga volunter yang sengaja kita undang untuk memberikan motivasi bagi mereka,” ujar Hamzah.
Untuk menguatkan materi yang diberikan, para peserta diwajibkan menjalani praktek lapangan dengan di luar wilayahnya dengan dampingan para volunter yang telah disiapkan.
“Konsepannya adalah 70 persen praktek di alam, sisanya materi di ruangan . Nanti di akhir semester mereka akan mendapatkan nilai sesuai dengan kurikulum yang telah kami siapkan,” kata Hamzah
Dengan modal tenda dan peralatan yang telah disediakan, mereka digembleng terbiasa di alam terbuka, berbaur langsung dengan para petani atau pecinta alam di wilayahnya masing-masing.
Hamzah menegaskan, pola pendidikan sekolah alam reforestasi penting, untuk memberikan pemahaman bagi generasi baru, dalam menjaga dan melestarikan alam sekitarnya.
“Kalau kita tidak disiapkan sejak dini, mau sampai kapan kita mempertahankan generasi yang melindungi dan melestarikan alam,” katanya.
Peserta sekolah alam mendapat berbagai tugas, salah satunya menanam pohon (Sariagri/Jayadi)
Para remaja ini tidak hanya diberikan pengetahuan pentingnya menjaga alam, namun langsung mendapatkan tambahan pengetahuan baru mengenai sumber ekonomi lainnya, yang dilaksanakan berbarengan dengan menjaga kelestarian alam sekitar. Sebut saja pengetahuan mengenai pengelolaan hutan yang tepat, kemudian bagaimana mengembangkan budidaya kopi, alpukat, pisang, jeruk, jahe, termasuk budidaya ternak seperti domba, kambing.
Dengan pola seperti itu, generasi muda terbiasa untuk tetap hidup di desa mempertahankan keberlangsungan alam, namun dengan taraf kesejahteraan yang lebih baik.
“Berbicara kesejahteraan adalah berbicara ekonomi, makanya kami berikan ilmu sambil merawat ekosistem hutan,” tutup Hamzah.