• Home
  • News
  • Pertanian
  • Perikanan
  • Kehutanan
  • Perdagangan
  • Energi
  • Teknologi
  • Agri Channel
  • Podcast
  • Galeri
  • Stories
  • Events
  • Indeks
  • Home
  • News
  • Pertanian
  • Peternakan
  • Perkebunan
  • Pangan
  • Hortikultura
  • Perikanan
  • Kehutanan
  • Perdagangan
  • Energi
  • Teknologi
  • Agri Channel
  • Poscast
  • Galeri
  • Stories
  • Events
  • Indeks
  • Home
  • Pertanian

Keren! Ibu-ibu Asal Bogor Tanam Padi di Gelas Plastik

sariagri.id - Rabu, 13 Januari 2021 | 20:45 WIB

berita pertanian, pertanian, lahan terbatas, sistem pertanian berita pertanian, berita tentang pertanian, berita pertanian terkini, berita pertanian terbaru, berita pertanian online

Anggota  Kelompok Wanita Tani (KWT) Mutiara Bogor Raya (MBR) Kelurahan Katulampa, Kota Bogor menanam padi di gelas plastik. (Foto: Sariagri/Yudi Asmaraloka)
Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mutiara Bogor Raya (MBR) Kelurahan Katulampa, Kota Bogor menanam padi di gelas plastik. (Foto: Sariagri/Yudi Asmaraloka)

Berita pertanian - Dalam satu tempat bisa digunakan untuk bertani dan beternak ikan.

Penulis: Yudi Asmaraloka, Editor: M Kautsar

SariAgri - Keterbatasan lahan pertanian membuat ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Mutiara Bogor Raya (MBR) Kelurahan Katulampa, Kota Bogor terus melakukan inovasi.

Inovasi terbaru yang dilakukan para ibu-ibu di KWT Berkah MBR Ini adalah menanam padi di wadah gelas plastik bekas minuman kemasan.

Jika pada umumnya gelas ini digunakan untuk wadah es, di tangan ibu-ibu KWT MBR gelas ini bisa digunakan untuk menanam padi. Sudah satu bulan terakhir inovasi menanam padi dengan menggunakan wadah gelas cup ini dilakukan dengan menggunakan sistem hidroganik.

Pengawas TPS3R MBR, Sulistyawati mengatakan bahwa sistem hidroganik adalah sistem pertanian dengan mengggunakan nutrisi dari amonia ikan dan tidak menggunakan pupuk atau nutrisi kimia dan tanah.

Untuk menanam padi menggunakan wadah gelas plastik dengan sistem hidroganik yang harus dipersiapkan adalah kerangka dan isntalasi saluran nutrisi. Kerangka dan saluran itu bisa dibuat dengan menggunakan baja ringan dan pipa paralon untuk sirkulasi nutrisi.

Sedangkan untuk nutrisi bisa diletakan dibawah kerangka dan pipa parolon yang nanti dialiri dengan mengguanakan mesin pompa.

"Untuk wadahnya kita pakai cup, kemudian untuk hole-nya kita pakai pipa paralon. Nah untuk nutrisi kita pakai air dari lele, karena kita juga disini ada ternak lele, nanti dibantu mesin pompa amonia lele ini disalurkan ke atas, jadi kotorannya itu terserap menjadi nutrisi untuk pertumbuhan padi," kata Sulistyawati.

Setelah semua siap, mereka menyiapkanmedia tanam. Dalam satu wadah gelas, berisi kasgot (hasil olahan sampah dengan larva lalat BSF), cocopeat, kotoran puyuh, dan sekam bakar. Setelah media tanam siap kemudian ditabur tiga benih padi.

"Nanti dari tiga itu tidak tumbuh semua ada beberapa yang bagus kita pertahankan," katanya.

Sulis menceritakan inovasi tersebut muncul ketika mengikuti pelatihan budidaya burung puyuh. Dalam kegiatan itu juga disampaikan cara bertani padi dengan menggunakan hidroganik dengan menggunakan kotoran kelinci.

"Kalau kami tidak punya kelinci tapi kami ingin coba dengan lele, iya walaupun media nutrisinya tapi kami ingin coba apakah dengan lele ini akan panen padi kita coba saja inovasi saja," katanya.

Keuntungan bertani padi dengan menggunakan sistem hidroganik, kata Sulis, adalah tidak memerlukan lahan yang besar. Selain itu dalam satu tempat bisa digunakan untuk bertani dan beternak.

"Ketika padinya panen kita bisa panen padi, dan di bawahnya ini kita ternak lele di atas lele kita tanam kankung pakai sistem rakit apung, jadi bisa sekaligus tiga," katanya.

Meski baru tahap percobaan, tanam padi dengan sistem hidroganik menunjukan hasil yang baik. Dalam waktu sebulan padi-padi ini sudah tunbuh subur.

"Ini ada 450 lubang, dalam waktu tiga bulan diperkirakan akan panen, estimasi hasil panen itu bisa sampai satu kwintal, ya mudah mudahan ini berhasil sambil kita terus evaluasi dan inovasi," katanya.

Sulistyawati menjelaskan bahwa KWT ini merupakan bagian dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R) Mutiara Bogor Raya (MBR). Sehingga sistem pertanian dan peternakan yang ada menjadi terintegrasi yang diawali dari pengolahan sampah. 

SHARE

  • LINE

TOPICS

  • Padi
  • Pertanian
  • Berita Pertanian
  • Inovasi

COMMENTS

Lainnya

  • Ilustrasi Tanaman Herbal (Pixabay)

    Hortikultura 37 menit lalu

    Tanaman Herbal Terbukti Ampuh untuk Terapi Covid-19

  • Ilustrasi sarang burung walet. (Pixabay)

    Perdagangan 1 jam lalu

    Tahun 2021 Pemprov Jateng Akan Dongkrak Ekspor Herbal & Sarang Burung Walet

  • Petani membasmi hama tikus di sawah. (Foto: Sariagri/Arief L)

    Pertanian 2 jam lalu

    Membahayakan Nyawa, Pemkab Ngawi Larang Jebakan Tikus Listrik

  • Pemerintah sedang mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

    News 2 jam lalu

    Sinergi DEN, BRI, dan LEN Bisa Tekan Biaya Energi Baru Terbarukan

  • Penyaluran Bantuan Pakan Ikan Mandiri kepada Kelompok Pembudidaya Ikan, di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. (KKP)

    Perikanan 3 jam lalu

    Realisasi Anggaran Belanja Tambahan Dirjen Perikanan Budidaya Tahun 2020

  • Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) di Kabupaten Buleleng, Bali. (KKP)

    Perikanan 3 jam lalu

    Menteri KP Minta Hasil Riset Perikanan Mampu Gerakkan Perekonomian

  • Tanaman bawang mulai tumbuh (Pixabay /Couleur )

    Teknologi 3 jam lalu

    IPB Kenalkan Teknologi yang Bisa Percepat Waktu Tanam Bawang Putih

  • Dok. lapak pedagang daging sapi (SariAgri/Arief L)

    Pangan 4 jam lalu

    DKPP Jawa Barat Gelar Pasar Murah Atasi Kenaikan Harga Daging Sapi

  • Denny Lacon rela menukar mobilnya dengan tanaman hias. (Foto: Sariagri/Yudi Asmaraloka)

    Hortikultura 4 jam lalu

    'Sultan Tanaman Hias' asal Depok Rela Tukar Mobil dengan Janda Bolong

  • Pot cerdas Wazai 2.0. (inhabitat.com)

    Teknologi 4 jam lalu

    Wazai, Pot Cerdas yang Bisa Memantau Perkembangan Tanamanmu

banner-sariagri.id

Top News

  • Mencetak Petani Milenial Lewat Sekolah Alam Ala Sunda Hejo
  • Masalah Kedelai Langka Hanya Dapat Selesai dengan Revitalisasi Menyeluruh
  • Mencari Akar Masalah dan Cara Menyelesaikan Konflik Kelapa Sawit
  • LIPI: Indonesia Harus Bangun Kilang Green Fuel Olah Minyak Sawit
  • 5 Langkah Strategis Peremajaan Sawit Rakyat Versi Bappenas
  • Ingin Budidaya Anggrek? Perhatikan 5 Hal Ini Agar Hasilnya Optimal
  • Jellyfish Barge, Teknologi Rumah Kaca Budi Daya Terapung Mandiri
  • Melihat Bagaimana Perkembangan Benih Padi Hibrida di Indonesia
  • Waspadai Cuaca Ekstrem, Sebagian Daerah Masuki Puncak Musim Hujan
  • 5 Khasiat Mujarab Bawang Dayak yang Jarang Diketahui
banner-sariagri.id

TRENDING TAG

  • #Pertanian
  • #Agribisnis
  • #Peternakan
  • #Perikanan
  • #Perkebunan
banner-sariagri.id
logo-sariagri.id

FOLLOW US

app-store-sariagri.id google-apps-sariagri.id

Tentang Kami Syarat & Ketentuan Disclaimer Pedoman Media Siber Karier Hubungi Kami

KATEGORI

  • Home
  • Pertanian
  • Perikanan
  • Kehutanan
  • Perdagangan
  • Energi
  • Teknologi
  • Agri Channel
  • Podcast
  • Galeri

INFORMASI

  • Tentang Kami
  • Syarat & Ketentuan
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Karier
  • Hubungi Kami

© 2021 - Sariagri, All right reserved | page rendered in 0.1048