Canggih, Peneliti Indonesia Ciptakan Aplikasi untuk Tentukan Kualitas Padi

Ilustrasi Pertanian Padi. (Pixabay/ Wee Yu Chwern)

Penulis: Dera, Editor: Redaksi Sariagri - Selasa, 1 Desember 2020 | 18:30 WIB

SariAgri - Sebagai makanan pokok, beras merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Tingkat produktivitas padi pun menjadi salah satu penunjang guna mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.

Kondisi saat ini, produksi padi di Indonesia mengalami beberapa hambatan, seperti faktor musim, nutrisi yang kurang memadai, serta serangan hama dan penyakit. Selain itu, masih banyak petani dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang belum memiliki cukup pengetahuan tentang pola yang tepat dalam menanam padi.

Berbagai kondisi itu mendorong sejumlah dosen dari Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk menciptakan inovasi yang diberi nama “Decision Support System (DSS) Padi”.

Aplikasi pada perangkat telepon pintar berbasis android tersebut akan memudahkan petani dan PPL dalam mengidentifikasi kecukupan pupuk nitrogen serta serangan penyakit blas dan bercak coklat pada tanaman padi.

Ketua tim pengembangan DSS Padi, Ir. Mimin Muhaemin, PhD., mengatakan bahwa aplikasi yang mereka rancang lebih praktis dan akurat dibandingkan dengan alat identifikasi yang selama ini digunakan oleh para petani.

“Sebenarnya ada alat dari pemerintah berupa Bagan Warna Daun (BWD), tetapi banyak petani yang tidak menggunakannya dengan alasan kurang praktis. Kalau lewat ponsel, semua petani dan PPL dapat melakukannya karena pasti memilikinya,” ujar Mimin. seperti dikutip dari unpad.ac.id

Berita Pertanian - Baca Juga: Minyak Argan, Emas Cair dari Maroko yang Berkhasiat untuk Kecantikan
Lezat dan Sehat, Ini 5 Makanan Olahan dari Pisang yang Wajib Kamu Coba

Salah seorang peneliti lainnya, Muhammad Saukat, M.T., mengatakan bahwa pemakaian aplikasi ini diawali dengan registrasi pengguna. Registrasi diperlukan untuk mengidentifikasi nama pengguna, lokasi tanam, dan jenis padi yang ditanam.

Berbagai data itu akan tersimpan di database untuk keperluan pengembangan aplikasi. Pengguna dapat mengunggah foto daun tanaman padi ke aplikasi, baik foto yang diambil secara langsung ataupun foto yang telah tersimpan di galeri ponsel.

Foto yang telah diunggah akan dikirim ke server untuk dianalisis. Akhirnya, server akan mengirimkan hasil analis terkait kecukupan pupuk kepada pengguna dalam jeda waktu yang relatif singkat.

“Supaya pemrosesan image di server lebih maksimal, foto yang diunggah sebaiknya dalam jumlah besar dengan beberapa angle,” kata Saukat.

Kedepannya, aplikasi DSS Padi akan dilengkapi dengan kemampuan mengolah foto agar lebih presisi untuk menghasilkan analisis yang lebih presisi pula.

Terkait identifikasi penyakit blas, kerusakan pada tanaman padi disebabkan oleh dua faktor yaitu biotik dan abiotik. Faktor biotik contohnya serangan hama, penyakit, jamur, dan hematoda. Sementara faktor abiotik contohnya adalah kekurangan unsur hara.

Kerusakan akibat dua faktor itu terbilang cukup mirip. Jika petani dan PPL kurang berpengalaman, dikhawatirkan terjadi kesalahan dalam penanganannya. Oleh karena itu, adanya aplikasi DSS Padi diharapkan dapat membantu mereka dalam melakukan identifikasi dengan cara yang praktis, yaitu menggunakan ponsel masing-masing.

Baca Juga: Canggih, Peneliti Indonesia Ciptakan Aplikasi untuk Tentukan Kualitas Padi
Rugikan Petani, Kementan Bakal Sikat Habis Sindikat Pembuat Pestisida Palsu

Pengembangan aplikasi DSS Padi bekerja sama dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) di Jepang selaku pemberi hibah.

Dalam uji lapangan, tim peneliti berkoordinasi dengan Dinas Pertanian di empat kabupaten sasaran, yaitu Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Indramayu. Tiap-tiap kabupaten mewakili wilayah dataran tinggi, sedang, dan rendah.

Berita Pertanian - Kenapa Petani indonesia Miskin?