Penampakan Fenomena Awan Lentikularis Berbahaya bagi Pertanian?

Fenomena Awan Lentikularis di Magetan (Foto: Sariagri/Arief L)

Penulis: M Kautsar, Editor: Redaksi Sariagri - Jumat, 6 November 2020 | 09:01 WIB

SariAgri - Petani yang tengah bekerja di ladang di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, dihebohkan dengan fenomena alam unik. Fenomena yaitu gumpalan awan tebal yang berlapis-lapis melayang di atas Gunung Welirang dan Anjasmoro. 

Melihat fenomena langka ini, sejumlah warga langsung mengabadikannya menggunakan kamera ponsel. Fenomena alam ini tidak  hanya satu, namun ada dua. Kedua awan tersebut melayang dia atas ke dua gunung yang membelah lima wilayah kabupaten di Jawa Timur, yakni Malang, Pasuruan, Batu, Jombang, dan Mojokerto.

Menurut para petani setempat, fenomena alam berupa gumpalan awan tebal ini baru pertama kali terjadi. Meski sempat menghebohkan dan membuat panik petani, namun fenomena langka ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang melintas.

“ini pertama kali saya lihat. Sangat langka dan unik. Diatas langit disekitar gumpalan awan tebal berlapis-lapis tersebut menjadi indah. Sehingga banyak diantara warga yang mengabadikannya fenomena alam ini dengan ponsel,” kata Rohmat Aris, salah seorang petani di Desa Dawar Blandong, Mojokerto kepada Sariagri, Kamis (5/11).

Fenomena alam unik dan langka berupa gumpalan awan membentuk paying cantik ini juga terlihat di puncak Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Mengetahui peristiwa langka ini, puluhan petani yang tengah bekerja di sawah yang ada di Desa Widoro Kandang, Kecamatan Panekan, seketika langsung takjub dan menghentikan aktivitasnya.

“Wah, indah sekali. Ada awan berbentuk seperti payung. Kami menyakini ini penanda peralihan musim, dari kemarau memasuki musim penghujan,” kata Mulyono, salah seorang petani.

Baca Juga: Penampakan Fenomena Awan Lentikularis Berbahaya bagi Pertanian?
Petani Diimbau Waspadai Dampak Fenomena La Lina - Berita Pertanian



Penampakan fenomena awan unik yang berada di puncak Gunung Lawu ini terlihat di wilayah Magetan sejak Kamis siang hingga menjelang sore hari. Fenomena awan ini terjadi selama kurang lebih 2 jam dan berangsur hilang bersama hembusan angin.

Kepala Seksi Data dan Informasi bmkg Juanda Sidoarjo, Teguh Tri Susanto menjelaskan, fenomena alam yakni awan menumpuk yang nampak di atas Gunung Welirang merupakan jenis Lentikularis. Awan ini biasanya, terjadi di sekitaran gunung atau dataran tinggi.

Secara umum, imbuh Teguh, fenomena awan altocumulus lenticularis tidak menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya bagi dunia pertanian terutama yang ada di lereng pegunungan. Hanya saja, mengkhawatirkan untuk dunia penerbangan.

“Sangat aman bagi pertanian khususnya yang berada di lereng pegunungan. Meski ada angin kencang tapi tidak berbahaya. Justru yang cukup berbahaya jika ini terjadi dalam dunia penerbangan karena pesawat akan mengalami turbulensi/guncangan," paparnya. 

Berita Pertanian - Fenomena Alam

Berita Pertanian - Baca Juga: Perkenalkan Sorgum, Tanaman Pangan yang Tahan Terhadap Musim Kemarau
Pakar: Benih dengan Postur Tinggi Cocok untuk Lahan Rawa

Teguh menyebutkan, awan lentikularis terjadi karena adanya gelombang Gunung atau angin lapisan atas (di atas permukaan) yang cukup kuat dari suatu sisi gunung lalu membentur dinding pegunungan.

Angin tersebut menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan akhirnya membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa.

"Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat, sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter jika berada di sekitar awan," paparnya.

Teguh menambahkan, fenomena awan ini secara meteorologi tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan adanya turbulensi di lapisan atas, bukan di permukaan bumi. 

“Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu- waktu tertentu, biasanya ditandai adanya kecepatan angin yang cukup kuat lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan, namunsekali lagi  saya pastikan aman dan tidak berbahaya bagi dunia pertanian, “ pungkasnya. (Sariagri/Arief L)

Berita Pertanian - Kunci Sukses Urban Farming Semarang