Kementan Siapkan Langkah Antisipasi Hadapi La Nina

Ilustraasi petani di sawah (Piqsels)

Editor: Arif Sodhiq - Senin, 26 Oktober 2020 | 15:00 WIB

SariAgri - Kementerian pertanian (Kementan) akan mengantisipasi La Nina yang mengancam sektor pertanian. Langkah antisipasi dilakukan untuk menjaga masa panen petani agar tidak rusak.

"La Nina datang kita harus persiapakan langkah yang tepat. Kita enggak boleh kalah dengan alam," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam acara penetapan target luas tanam MT I (Masa Tanam) Oktober 2020 - Maret 2021 dan Peluncuran Brigade La Nina yang akan dipimpin Mentan di Gedung A Kementerian Pertanian, Senin (26/10/2020).

Untuk diketahui, sejak September sejumlah wilayah di Indonesia terancam cuaca ekstrem dampak La Nina. Fenomena ini akan berlangsung hingga puncaknya pada Februari 2021.

Mentan mengatakan adanya La Nina akan berdampak pada ancaman banjir dan longsor serta kegagalan panen di daerah tertentu.

"Karena airnya banyak dan gejala hama yang mana muncul saat banjir ada," katanya.

Mentan meluncurkan program satuan Brikade untuk mengantisipasi La Nina. Brikade ini akan menjangkau kota dan provinsi yang diprediksi akan didatangi La Nina.

"Kita akan luncurkan Brikade bencana di provinsi dan kabupaten jadi buat Bapak Gubernur dan Kepala Dinas siapkan Brikadenya di kabupten dan provinsi," tandasnya

La Nina melanda sebagian wilayah khususnya di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia. Di wilayah-wilayah ini terjadi peningkatan curah hujan yang tidak biasa.

Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor. Selain itu La Nina juga dapat merusak tanaman, termasuk sawah dan tanaman-tanaman semusim yang terkena dampak hujan berkepanjangan dan banjir.

Baca Juga: Kementan Siapkan Langkah Antisipasi Hadapi La Nina
Asuransi Pertanian di Wilayah Rawan Bencana Jaga Kelangsungan Produksi

Karena pada kurun waktu itu,kapasitas sungai dan debit air di sejumlah wilayah berlebihan sehingga menimbulkan bencana di wilayahnya.

Pada tahun 2018, fenomena La Nina terakhir terjadi di sebagian wilayah Indonesia. Saat ini berdampak pada gagal panen. Hal ini membuat harga beras menjadi tinggi. (Istihanah Soejoethi)