Pemerintah Buat Diversifikasi Pangan Sagu Sebagai Program Prioritas

Desa Pasi Aceh Tunong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Sabtu (4/7/2020) (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Editor: M Kautsar - Selasa, 20 Oktober 2020 | 19:45 WIB

SariAgri - Pemerintah akan menjaga ketahanan pangan nasional. Cara yang ditempuh yaitu dengan diversifikasi pangan berbasis lokal melalui tanaman sagu dan pengelolaan sagu nasional.

Dalam acara Pekan Sagu Nusantara (PSN) 2020 bertajuk "Sagu Pangan Sehat untuk Indonesia Maju" yang digelar di kemenko perekonomian Jakarta, Selasa (10/20).

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan kegiatan tersebut dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober 2020 dan sebagai upaya pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

"Sejalan dengan kebijakan Presiden dalam melakukan pembangunan Indonesia melalui wilayah pinggiran dan 50,33 persen total luas tanaman sagu Indonesia berada di Pulau Papua, maka Pemerintah telah menjadikan program peningkatan pengelolaan sagu nasional sebagai salah satu program prioritas," kata Agus.

Agus menjelaskan pemerintah memasukkan sagu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Artinya, pemerintah memandang sagu sebagai bagian yang penting dan strategis bagi ketahanan pangan nasional terutama dalam menghadapi krisis pangan seperti yang diprediksi oleh FAO.

Pada saat ini posisi pangan Indonesia masih tergantung pada ketersediaan beras. Namun, kondisi di masa mendatang pada tahun 2050, kelangkaan pangan akan terjadi bila tidak dikembangkan pangan lain sebagai pasokan pangan nasional.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menekankan pentingnya peningkatan produksi bahan pangan dalam negeri agar rantai pasokan tak terganggu. Hilirisasi produk sagu juga diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat, penyerapan tenaga kerja, peningkatan potensi pajak, dan pendapatan asli daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan agribisnis Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud menjelaskan Indonesia memiliki luas lahan sagu terbesar di dunia. Dari 6,5 juta hektare lahan sagu di seluruh dunia, sebesar 5,5 juta ha berada di Indonesia dan lebih dari 94,55 persen terfokus di wilayah Papua (5,2 juta hektare).

Jenis sagu yang tumbuh di wilayah Papua pun menghasilkan "pati" yang lebih tinggi dibandingkan sagu yang tumbuh di daerah lain. Sayangnya, dari segi konsumsi terhitung masih sangat rendah yaitu 0,4-0,5 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi beras cukup besar hingga 95 kg/kapita/tahun dan konsumsi tepung terigu meningkat tajam hingga 10-18 kg/kapita/tahun.

Dalam hal kontribusi sagu terhadap penyediaan lapangan pekerjaan, jumlah tenaga kerja atau petani sagu mencapai 286.007 KK. Sementara dalam hal kontribusi ekspor, nilai ekspor sagu di tahun 2019 adalah sebesar Rp108,89 miliar dan total volume 26.625 ton, dengan 5 negara tujuan utama ekspor sagu Indonesia yaitu India, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam.

"Kondisi ini menunjukkan bahwa produk sagu Indonesia diminati oleh pasar global, sehingga perlu dikembangkan untuk meningkatkan daya saing produk, serta meningkatkan kontribusi ekspor sagu terhadap devisa negara," kata Musdhalifah.

Kegiatan PSN 2020 ini melibatkan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dan juga diikuti oleh 13 Provinsi penghasil sagu, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bangka Belitung, dan Aceh.

Acara ini juga diharapkan dapat menggali potensi bisnis sagu nusantara dan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam melakukan optimalisasi manfaat sagu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.