Kemenkop UKM Siapkan Model Bisnis Korporasi Petani dan Nelayan

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (Humas Kemenkop)

Penulis: Arif Sodhiq, Editor: Redaksi Sariagri - Selasa, 6 Oktober 2020 | 16:00 WIB

Harga Pangan, Kamis 14 Mei 2020
PanganHarga 14 Mei 2020Harga 13 Mei 2020
Beras kualitas medium 1Rp12.050Rp11.950
Beras kualitas medium 2Rp12.100Rp11.750
Minyak goreng curahRp12.800Rp12.150
Minyak goreng kemasan bermerk 1Rp15.850Rp14.750
Minyak goreng kemasan bermerk 2Rp15.000Rp14.050
Gula pasir lokalRp18.850Rp17.650
Cabai merah besarRp45.100Rp31.150
Cabai merah keritingRp37.850Rp26.700
Cabai rawit hijauRp37.550Rp29.800
Cabai rawit merahRp50.300Rp34.600
Bawang merah ukuran sedangRp56.850Rp52.150
Bawang putih ukuran sedangRp46.650Rp37.100
Daging ayam ras segarRp33.300Rp31.850
Daging sapi kualitas 1Rp120.700Rp121.550
Telur ayam ras segarRp29.450Rp24.100
PanganHarga 14 Mei 2020Harga 13 Mei 2020

Berita Pertanian - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyiapkan model bisnis korporasi petani dan korporasi nelayan. Dengan model bisnis ini diharapkan dapat direplikasikan di berbagai tempat di tanah Air.

“Kami menyiapkan ‘piloting model business’ korporasi petani atau nelayan yang kami replikasi di berbagai tempat, ada beberapa, misalnya beras seluas 800 hektare di Demak, kelapa sawit di Pelalawan Riau, beberapa komoditas lain yang bagus untuk piloting kerja sama antarkementerian,” ujarnya dalam konpers setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden jokowi dengan topik Korporasi Petani dan Nelayan dalam Mewujudkan Transformasi ekonomi dari Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (6/10/2020).

Teten mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Belanda untuk mengembangkan model koperasi pertanian yang akan dijadikan model bisnis koperasi di Tanah Air. Dia berharap pengembangan koperasi yang lebih modern akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani atau nelayan.

“Tidak bisa lagi petani, nelayan, umkm berusaha sendiri perorangan dalam skala kecil tapi harus bergabung dalam skala efisien, kami dorong mereka bergabung dalam koperasi,” katanya.

Kemenkop dan UKM mengembangkan model bisnis misalnya untuk petani sawit di Pelelawan, Riau, yang didorong untuk berkoperasi kemudian membangun pengolahan CPO.

Selain itu petani beras di Demak, Jawa Tengah, didorong mengembangkan sawah seluas 100 hektare untuk produknya yang diekspor dan sebagian masuk ke pasar ritel domestik. Bahkan ketika permintaan terus meningkat, para petani tersebut memperluas lahan usaha hingga 800 hektare.

“Mereka berkoperasi kemudian membentuk PT dan membangun pabrik besar modern dengan investasi Rp40 miliar dengan Rp12 miliar di antaranya diperoleh dari koperasi petani. Model seperti ini nanti kami integrasikan ke sistem pembiayaan kur untuk petani penggarap dalam mengembangkan padi,” jelasnya.

Baca Juga: Kemenkop UKM Siapkan Model Bisnis Korporasi Petani dan Nelayan
Warga Ubah Waduk Sangiran yang Menyusut Jadi Lahan Pertanian

Teten mengatakan pihaknya juga akan memperkuat koperasi sebagai korporasi petani dan nelayan dari sisi pembiayaan dengan menyediakan dana bergulir dari LPDB KUMKM.

“Koperasi diperkuat pembiayaan dari LPDB KUMKM, jadi koperasi beli gabah dan baru diolah RMI dan nanti yang jual ke market adalah koperasi agar petani dapat keuntungan dari seluruh proses dari tanam, pengolahan, sampai ‘end product’ seluruhnya dikelola petani jadi bantuan pupuk, bibit sampai pembiayaan bisa dikelola untuk produktivitasnya,” pungkasnya. (Ant)