Kisah Pemuda Pulang ke Dusun untuk Kembangkan Hasil Petani Desanya

Lahan Pertanian di Dusun Ma'lenteng (SariAgri/ Usman Muin)

Penulis: Reza P, Editor: Rojes Saragih - Sabtu, 8 Agustus 2020 | 15:00 WIB

SariAgri - Dengan optimisme dan semangat, Anjas Tamara (22) kepala dusun termuda di Sulawesi Selatan ini memasarkan hasil pertanian warganya yang dikemas dengan pelastik kekinian berlebel produk bernama Ma'lenteng. Nama produk ini ia ambil dari nama dusun Ma'lenteng kecamatan Tombolopao kabupaten Gowa.

Anjas yang kini menjalani studi S2 nya di Universitas Negeri Makassar ini memilih kembali ke desa menjadi petani dan mengembangkan pertanian di tanah kelahirannya.

Ada beragam produksi hasil pertanian yang ia pasarkan disejumlah toko dan pasar di kota Makassar, salah satu yang jadi unggulan mereka adalah beras merah murni dengan kualitas primer.

"Ada ratusan hektar sawah di desa kami yang kontur tanahnya lembah pegunungan Tombolopao dengan hasil pertaniannya beras merah, kami ada ratusan ton beras merah siap jual," ungkapnya kepada SariAgri, Sabtu (08/08/2020).

Anjas yang ditemani sahabatnya Muhammad Firdaus mengaku menempuh jarak sekitar 200 kilometer dari dusunnya ke kota Makassar untuk memasarkan hasil pertanian petani dusunnya.

"Kami masih coba daftarkan merek dagang dan uji kualitas beras kami yang pulen, tidak ada beras yang patah dan murni beras merah yang cocok bagi penderita diabetes," ungkap Firdaus.

Anjas Pasarkan Hasil Pertanian Beras Merah dengan Kemasan Kekinian. (SariAgri/Usman Muin)

Bukan tanpa alasan mengapa Anjas dan firdaus getol memasarkan hasil pertanian warganya, ia ingin membangun desanya dengan pertanian meski menurutnya sering mendapat tanggapan miring dari rekan-rekannya. Ia kerap dinggap tidak realistis karna ia memilih kembali ke desa menjadi petani padahal ia mahasiswa strata 2 yang berpotensi besar pekerja mapan di kota.

Bagi anjas keberhasilan bukan harus menjadi pegawai, membangun desa tanah kelahirannya sudah sangat membanggakan bagi dirinya.

"Desa kami masih sangat alami karena kontur tanah disana itu lembah besar dengan sawah pertanian seluas ratusan hektar dikawasan dataran tinggi Gowa, sangat cocok untuk jadi destinasi pilihan bagi yang bosan dengan suasana perkotaan," jelas Anjas.

Tak hanya beras merah, Anjas juga memasarkan madu hutan hasil penangkaran petani yang ia kemas dalam botol berukuran 220 mili liter.

Baca Juga: Kisah Pemuda Pulang ke Dusun untuk Kembangkan Hasil Petani Desanya
Universitas Trunojoyo Madura Kembangkan Jagung Unggulan 'Jagung Madura III'

"Madu ini dari hutan pegunungan di Tombolopao. Kami mengemas dalam botol kemasan sesuai pesanan pembeli, kami antarkan jika ada jadwal ke Makassar," paparnya.

Kini Anjas bersama Firdaus mencoba menyuplai beras merah ke sejumlah pasar di Makassar dengan kemasan berukuran 5 kilogram hingga 10 kilogram.