Penggunaan Drone Pertanian Kian Populer

Drone Pertanian Ikhwan Afif Resources. (Facebook/ Ikhwan Afif Resources)

Penulis: M Kautsar, Editor: Redaksi Sariagri - Selasa, 21 Juli 2020 | 13:01 WIB

SariAgri - Penggunaan teknologi pesawat tak berawak (drone) untuk penyemprotan pestisida dan pupuk di area persawahan menjadi cara yang populer di Kelantan, Malaysia. Kondisi ini mendorong para anak muda di Malaysia untuk mencipakan wirausaha agribisnis.

Penggunaan drone dalam pertanian di Kelantan dipelopori Noor Hanif Noordin. Dia mengatakan, telah menerima banyak permintaan layanan drone sejak memperkenalkan teknologi tersebut pada Maret 2020.

Saat ini, Noor Hanif telah mendirikan perusahaan yang diberi nama “Ikhwan Afif Resources (IAR)”, yang berbasis di Perak. Perusahaan tersebut menyediakan jasa penggunaan drone untuk bidang pertanian.

Noor Hanif menjelaskan, ide penggunaan drone itu muncul setelah pekerjanya gagal melakukan penyemprotan pestisida dan pupuk di ladang padi milik saudara iparnya di Endau, Johor. “Saya mulai menawarkan layanan drone untuk pertanian setelah membeli dua unit drone senilai RM70.000 (sekitar Rp244 juta) yang dikumpulkan oleh IAR,” kata Noor Hanif, dilaporkan Bernama.

Pria yang juga menjadi Pejabat Teknologi Informasi di Universiti Malaysia Kelantan (UMK) ini mengatakan, penggunaan drone untuk menyemprotkan pestisida dan pupuk di lahan padi menjadi lebih populer terutama di kalangan petani di Kota Bharu, Bachok, Pasir Puteh, Pasir Mas, dan Tumpat.

Permintaan untuk menggunakan drone petani sangat besar. Menurutnya, layanan tersebut mampu memberinya penghasilan sampingan hingga RM7.000 (sekitar Rp24 juta) per bulan.

Berita Pertanian - Baca Juga: Perangkat Likat Kuning, Sederhana dan Murah Tapi Efektif Basmi Hama
Lahan Sawah Diserang Tikus, Bupati Lamongan Pimpin Tradisi Gropyokan

Noor Hanif menjelaskan, dia dibantu empat orang karyawan yang memiliki lisensi yang dikeluarkan oleh Departemen Penerbangan Sipil (DCA) untuk menerbangkan drone.

“Dengan menggunakan drone, penyemprotan pestisida atau pupuk akan lebih luas dan lebih cepat, serta menghemat biaya, karena hanya 15 liter pupuk atau pestisida yang dibutuhkan untuk pertanian seluas 0,4 hektar,” ucap dia.

Noor Hanif menambahkan, waktu yang dibutuhkan hanya tujuh menit untuk melakukan pekerjaan dengan area seluas itu. Baginya, penggunaan drone dapat mengoptimalkan perawatan tanaman padi sehingga meningkatkan kualitas beras serta mengurangi biaya dan tenaga.

Dia mengatakan, biaya yang dikenakan IAR Pantai Timur Enterprise untuk penggunaan drone di sawah adalah RM30 (sekitar Rp104 ribu) per 0,4 hektar area. Dengan menggunakan drone, petani bisa mengolah pestisida dan pupuk hingga 24 hektar sawah sehari.

Cuaca merupakan faktor penting untuk menerbangkan drone dengan berat hingga 56 kilogram tersebut karena permukaan di atas tanah (AGL) harus dipantau untuk memastikan penyemprotan pestisida atau pupuk berlangsung secara komprehensif guna mencapai hasil yang efektif.

“Drone tidak dapat diterbangkan pada saat hujan atau selama angin kencang dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus diamati ketika menerbangkan drone termasuk mengenakan pelindung wajah dan sarung tangan, serta yang diatur oleh Departemen Pertanian,” ujar dia.

Noor Hanif, mengatakan dia akan memperluas penggunaan drone pertanian ini ke seluruh wilayah Kelantan dan Pahang, Malaysia. (Sariagri.id/Suparjo)

Berita Pertanian - Video terkait: