Petani Sulit Beli Solar, Pertamina: Sudah Disosialisasikan Sejak 2022

Editor: Yoyok - Rabu, 22 Februari 2023 | 21:00 WIB
Sariagri - Protes petani Jombang, Jawa Timur, karena kesulitan membeli bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi mendapat respons dari PT Pertamina.
Melalui Section Head Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Taufiq Kurniawan, dijelaskan bahwa petani termasuk konsumen dilindungi sehingga masuk prioritas pertama. Kebijakan untuk pembelian solar khusus bagi petani dilakukan agar subsidi tepat sasaran.
"Pengisian solar subsidi untuk mesin traktor petani menggunakan rekomendasi dan KTP. Jadi dari sisi petani itu tidak ada diubah atau dipersulit mekanismenya. Petani datang ke SPBU membawa surat rekomendasi dan KTP, petugas operator akan input ke microsite," katanya seperti dikutip sejumlah media, Rabu (22/2/2023).
Ia mengatakan keharusan membawa surat rekomendasi dan KTP ini karena ada kebijakan bahwa pembelian solar bersubsidi harus terdata nasional by name by addres kepada siapa dan termonitor secara sistem yang terintegrasi nasional.
Ia mengatakan, sosialisasi terkait dengan pemanfaatan bahan bakar minyak baik pertalite maupun solar untuk petani sudah dilakukan sosialisasi sejak Agustus 2022.
Surat rekomendasi dikeluarkan oleh dinas pertanian setempat karena dinas tersebut sebagai filter pertama. Dinas Pertanian tahu petaninya siapa dan mereka memiliki tenaga penyuluh lapangan (PPL) untuk bisa memberikan rekomendasi ke Pertamina, bahwa ini benar-benar petani.
Petugas operator SPBU juga akan mengecek kebenaran dan keaslian surat rekomendasi yang dibawa petani. Jika sudah benar, ada surat rekomendasi, Pertamina tinggal melayani dan input.
Terkait dengan pihak-pihak yang terdampak dari penerapan kebijakan subsidi tepat sasaran ini, menurut dia adalah golongan yang tidak dapat subsidi.
Ia mengatakan, saat ini banyak modus. Di beberapa daerah memanfaatkan surat rekomendasi petani menjadi sarana untuk mereka isi.
"Tentunya mungkin mereka dirugikan, jadi bisa saja mereka protes untuk hal demikian. Di beberapa daerah dengan petani lainnya juga nelayan tidak ada kesulitan sama sekali, karena mereka telah melakukan sesuatu yang biasa dilakukan sejak Juli atau Agustus 2022, mulai sosialisasi subsidi tepat itu," kata dia.
Pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi terkait dengan penggunaan subsidi tepat sasaran dan pemanfaatan surat rekomendasi dan KTP untuk membeli BBM.
"Kami sudah sosialisasi soal subsidi tepat ini, namun kami juga harapkan dinas pertanian juga sosialisasi kembali agar tidak terjadi mispersepsi. Kami siap dilibatkan jika diperlukan sosialisasi," kata dia.
Ia pun menegaskan, bahwa di sisi petani tidak ada yang berubah melainkan hanya operator SPBU yang inputkan data.
Pada Selasa (21/2/2023), sejumlah petani berunjuk rasa di kantor Pemkab dan DPRD Jombang. Mereka menuntut agar diberi akses untuk membeli solar subsidi guna kebutuhan tanam di lahan sawah. Mereka merasa dipersulit karena saat hendak membeli solar subsidi, diminta membawa surat keterangan dari dinas pertanian atau PPL.
Puluhan petani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Petani (Forkop) Jombang itu mengendarai traktor ke jalan raya. Mereka mendatangi kantor Pemkab Jombang untuk mengadukan nasibnya. Petani meminta Bupati Jombang Mundjidah Wahab bersikap atas keluhan petani.
Bagi petani, solar subsidi adalah kebutuhan pokok. Solar digunakan untuk bahan bakar traktor mengolah sawah. Juga digunakan sebagai bahan bakar mesin menyedot air.
Membeli solar sangat sulit. Petani harus mentaati sederet aturan yang tak masuk akal ketika membeli bahan bakar tersebut di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). “Syarat-syarat membeli solar di SPBU tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana Keppres Nomor 191 Tahun 2014,” kata Hendro Suprasetyo, korlap aksi.
Baca Juga: Petani Sulit Beli Solar, Pertamina: Sudah Disosialisasikan Sejak 2022Harga BBM Naik, Legislator Ini Nilai Pemerintah Tidak Peka Kesulitan Rakyat
Hendro melanjutkan, akibat sulit membeli solar di SPBU, petani akhirnya membeli melalui pedagang eceran. Tentu saja, harga yang dibayarkan lebih mahal. Sehingga modal untuk menanam lebih besar dari biasanya.
Dia lalu membandingkan, harga solar di pedagang eceran Rp8.600 per liter. Sedangkan solar bersubsidi di SPBU Rp6.800. Selisihnya cukup jauh. “Sehingga petani harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli solar,” lanjutnya.