Terkuak, Ini Penyebab Rendahnya Produksi Kedelai di Indonesia

Ilustrasi Kedelai. (Pixabay/Євген Литвиненко)

Editor: Dera - Jumat, 3 Februari 2023 | 19:00 WIB

Sariagri - Kedelai merupakan salah satu komoditas yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Selain menjadi sumber protein nabati, kandungan gizi yang terdapat dalam kedelai terbilang tinggi, terutama kadar proteinnya yang mencapai 34%.

Masyarakat di Tanah Air biasanya mengolah kedelai menjadi berbagai macam hasil produk pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu dan lain-lain. Harga kedelai pun relatif lebih murah, sehingga mengakibatkan permintaan kedelai kian meningkat.

Jika melihat manfaatnya yang bisa dijadikan bahan baku beraneka ragam kuliner, baik makanan, minuman serta sebagai penyedap penambah cita rasa, kacang kedelai juga mempunyai nilai prospek pemasaran yang sangat baik.

Bahkan, daun dan batang tanaman kedelai  yang sudah agak kering pun dapat digunakan sebagai pakan ternak dan pupuk hijau. Di mana tanah yang pernah ditanami kedelai sangat baik ditanami padi. Sebab, akar kedelai memiliki bintil-bintil akar yang dapat mengikat unsur N (nitrogen) dari udara dengan memanfaatkan aktivitas bakteri Rhizobium. Dengan demikian, akar-akar yang tertinggal pada saat dicabut, akan membusuk dan berguna bagi tanaman yang akan ditanam berikutnya.

Adapun keunggulan lain dari kedelai yaitu dapat disimpan berbulan-bulan lamanya, asal tempat penyimpanannya memenuhi syarat dan terjaga dengan baik. Misalnya saja, kondisi gudang tidak lembab, kering, sehat, bebas hama dan penyakit. Penyimpanan kacang kedelai ini biasanya dilakukan petani untuk memperoleh hasil yang lebih baik yaitu menunggu harga lebih menguntungkan setelah panen raya dan stok sedang melimpah.

Melansir laman resmi cybex.pertanian.go.id, bila dibandingkan dengan produksi kedelai di Amerika yang mencapai 18 kuintal/ha, produksi kedelai yang dihasilkan para petani kedelai di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu rata-rata 6-7 kuintal/ha saja. Namun, dalam hal ini para petani kedelai kita tidak perlu berkecil hati.

Sebab, dari percobaan-percobaan yang pernah dilakukan terbukti bahwa dengan menggunakan benih varietas unggul secara intensif dan mengikuti cara bercocok tanam yang sesuai ketentuan, produksi kedelai di Indonesia bisa mencapai 20 kuintal/ha.

Melalui penelitian dan percobaan seperti ini, ditambah lagi petani kedelai kita mau meninggalkan cara-cara tradisional mereka, diharapkan produksi kedelai di Indonesia dapat meningkat secara signifikan. Sehingga, kebutuhan kacang kedelai dalam negeri bisa terpenuhi secara swasembada dan tidak perlu lagi tergantung pada impor dari negara lain.

Namun demikian, untuk mewujudkan semua itu, kita juga perlu mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan produksi kedelai di Indonesia masih rendah di antaranya:

  1. Cara bercocok tanam dan pemeliharaan yang kurang intensif
  2. Mutu benih kurang baik dan daya tumbuhnya rendah
  3. Varietas lokal yang digunakan tidak mempunyai daya produksi yang tinggi
  4. Areal yang sempit sering ditanami dengan beberapa varietas kedelai yang berbeda
  5. Pencegahan hama belum intensif
Baca Juga: Terkuak, Ini Penyebab Rendahnya Produksi Kedelai di Indonesia
Tekan Impor, Pemerintah Diminta Tanam Kedelai di Kawasan Transmigrasi

Disamping hal-hal tersebut, faktor curah hujan juga sangat mempengaruhi produksi kedelai. Jika pada masa pertumbuhan kedelai terlalu banyak turun hujan misalnya, hasilnya juga akan rendah. Rendahnya produksi akibat iklim ini sebenarnya dapat disiasati. Caranya, dengan memperhatikan sistem pola pergiliran tanaman dan sistem tumpang sari yang telah dipadukan menjadi multiple cropping system.

Terlebih lagi dari hasil percobaan yang pernah dilakukan, ternyata frekuensi panen kedelai dapat ditingkatkan menjadi tiga kali dalam setahun. Selain itu, kedelai juga dapat ditanam bersama-sama dengan padi karena padi cocok untuk ditumpangsarikan dengan kedelai atau palawija lainnya.