Blak-blakan, Djarot Nilai Program Food Estate di Sumut Belum Optimal

Anggota Komisi IV DPR RI Djarot Saiful Hidayat. (dpr.go.id/Tiara/rni)

Editor: Dera - Jumat, 27 Januari 2023 | 12:30 WIB

Sariagri - Anggota Komisi IV DPR RI Djarot Saiful Hidayat menilai pengembangan kawasan Food Estate (FE) hortikultura berbasis korporasi di kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) Sumatera Utara (Sumut) belum berjalan optimal.

Seperti diketahui, pengembangan kawasan FE merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi yang dikembangkan oleh Pemerintah sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dalam jangka panjang.

"Kita tahu bahwa tahun 2020 dicanangkan FE salah satunya di Humbahas ini merupakan salah satu program strategis nasional. Setelah berjalan tiga tahun, kita evaluasi ternyata hasilnya belum optimal tidak seperti yang kita harapkan. Baru terealisasi sekitar 165 hektare dari 215 hektare luas area yang telah dikembangkan melalui dukungan APBN Ditjen Hortikultura. Tindak lanjut untuk bisa mengembangkan sampai dengan 215 hektare itu menurut saya berat," ungkap Djarot kepada Parlementaria usai memimpin Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi IV DPR RI ke lokasi pengembangan kawasan FE di Desa Ria Ria, kecamatan Pollung, kabupaten Humbahas, Kamis (30/1/2023).

Belum lagi, lanjutnya, saat dilakukan peninjauan, ditemukan sejumlah varietas komoditi hasil panen lain di kawasan FE yang tidak hanya berfokus pada komoditas hortikultura yang rentan menyumbang inflasi nasional seperti bawang merah, bawang putih dan kentang industri. Menyikapi hal tersebut, Djarot meminta Kementerian Pertanian harus hadir untuk meneliti varietas komoditi yang paling bagus untuk ditanam khususnya di kawasan FE kabupaten Humbahas.

"Kita lihat di sana ternyata ada macam-macam seperti jagung, cabai, kol, dan lainnya. Sebaiknya, kita perlu fokus, misalnya Humbahas fokus untuk mengembangkan bawang merah, bawang putih, dan kentang, nantinya kawasan FE daerah lainnya fokus mengembangkan yang lainnya. Kemudian penting juga ada kemitraan dengan investor, karena program FE itu harusnya berpikir dari hulu ke hilir, bukan hanya produksinya tapi juga bagaimana kita mengelola produksi itu yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani knususnya di Humbahas ini," jelas Politisi PDIP itu.

Karena pada akhirnya kemitraan dengan investor menjadi penting. Hal itu karena, menurut Djarot, dengan adanya pengembangan kawasan FE hortikultura diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani sehingga petani dapat mendapatkan nilai tambah dari adanya kemitraan tersebut.

"Kita harus pastikan petani yang terlibat dalam pengembangan kawasan FE ini, tidak mengenal kata rugi, seluruh produk hasil pertaniannya menjadi tanggung jawab pemerintah dengan harga yang pantas, harus lebih besar daripada biaya produksi yang para petani keluarkan," imbuhnya.

Sebelumnya para kesempatan yang sama, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjarnahor menyebutkan total produksi FE di kabupaten Humbahas sampai dengan saat ini adalah sebesar 392 ton. Hal itu terdiri dari kentang dan 165 ton bawang merah, Kubis 294 ton, cabai 271 ton, jagung 93 ton, tomat 26 ton, dan bawang putih 13 ton. Produktivitas maksimum untuk kentang mencapai 24 ton/hektare, sedangkan bawang merah mencapai 13 ton/hektare.

"Total petani yang terlibat adalah 350 petani yang tergabung dalam 9 korporasi petani. Terdapat 7 investor yang telah bergabung vaitu PT. Parna Raya dengan komoditi bawang merah dan bawang putih, PT. Indofood dengan komoditi kentang, PT. Eden Farm dengan komoditi kentang, PT. Ewindo dengan komoditi kentang, PT. DR dengan komoditi kentang, bawang merah dan buncis. PT. BISI dengan komoditi jagung, dan PT. Champ dengan komoditi kentang," ujarnya.

Baca Juga: Blak-blakan, Djarot Nilai Program Food Estate di Sumut Belum Optimal
DPR: Kementan Mark Up Data Hasil Produksi Food Estate

Pengembangan kawasan FE hortikultura berbasis korporasi di labupaten Humbahas Sumut, bertujuan membangun kawasan sentra pangan khususnya komoditi hortikultura yang berdaya saing, terpadu berskala luas, dengan mengintegrasikan berbagai aspek dari hulu ke hilir seperti budidaya, pasca panen, perbenihan, pengendalian hama penyakit, mekanisasi dan pengolahan dan pemasaran, sosial-budaya, serta konservasi lingkungan hingga pariwisata.

Kawasan FE juga didesain sebagai kawasan produksi baru berskala luas, khususnya terhadap komoditas hortikultura yang rentan menyumbang inflasi nasional, seperti bawang merah dan produksi produk hortikultura yang masih harus dipenuhi dari impor khususnya kentang industri (Potato Chips) dan bawang putih dengan cara mengurangi defisit produksi terhadap kebutuhan terutama untuk wilayah Pulau Sumatera.