Mengenal Satud Tani, Satuan Udara Pertanian yang 'Berperang' Melawan Hama

Ilustrasi pesawat Satud Tani TNI AU (Sumber: Aviahistoria)

Penulis: Tanti Malasari, Editor: Dera - Rabu, 11 Januari 2023 | 07:00 WIB

Sariagri - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara atau disingkat TNI-AU adalah penegak kedaulatan negara dalam menjaga dan mempertahankan keamanan udara Republik Indonesia

Sepanjang sejarah berdirinya TNI-AU, terhitung ada banyak sekali satuan udara yang telah dibentuk, salah satu di antaranya yaitu Satuan Udara Pertanian/Satuan Udara Tani (Satud Tani). Sesuai dengan namanya, satuan udara ini mengemban tugas yang bergerak dalam sektor pertanian.

Namun dalam hal ini, Satud Tani dikhususkan untuk menanggulangi hama dan wabah yang ada di lahan pertanian dan perkebuban. Berikut ini adalah ulasan singkat tentang fakta Satud Tani yang dilansir dari berbagai sumber.

Fakta Satuan Udara Tani TNI-AU

1. Berperan dalam Penanggulangan Wabah dan Hama

Tidak banyak yang mengetahui, adanya Satud Tani dalam menanggulani hama di lahan pertanian sejatinya sudah ada sejak awal dekade 60-an. Ketika itu, Nurtanio membangun sebuah pesawat yang berdasarkan dari lisensi PZL-104 Wilga yang kemudian dikenal dengan nama Gelatik. 

Kemudian, Gelatik ini didesain sebagai pesawat bantu pertanian yang bertugas menyemprot cairah anti hama, saat itu diimpor pula peralatan penyemprotnya dari Polandia.

2. Diresmikan Pada Tahun 1971

Seperti yang dilansir dari situs aviahistoria.com, baru pada awal 1970-an pemerintah Indonesia mulai serius membangun satuan ini bersamaan dengan gerakan swasembada pangan dan peningkatan hasil pertanian nasional. 

Hingga pada akhirnya hal ini ditindaklanjuti dan kemudian pembentukan Satuan Udara Tani (Satud Tani) diresmikan pada tahun 1971. Bertepatan saat itu juga, TNI AU membeli peralatan penyemportan dan unit pesawat baru guna mendukung tugas dari satuan udara yang bertugas di sektor pertanian.

3. Menggunakan Pesawat Buatan Lokal Hingga Luar

Guna mendukung kekuatan udara dalam sektor pertanian yang menjadi tugas Satud Tani, maka TNI AU melakukan pengadaan berbagai pesawat yang memang sejak awal didesain dan difungsikan dalam melakukan tugas pertanian dari udara. 

Semula, sebelum Satud Tani diresmikan, TNI AU memiliki kekuatan 4 unit pesawat Gelatik yang merupakan produk lisensi dari PZL-104 Wilga yang berasal dari Polandia.

Namun setelah satuan ini resmi didirikan, ada penambahakan lagi 4 unit pesawat Cessna 188 Ag Truck. Kemudian, selang beberapa tahun kemudian ada penambahan pesawat Pilatus PC-6 B2-H2 Turbo-Porter yang dibeli sebanyak 5 unit. Hal ini ditujukan untuk menggantikan Gelatik yang sudah menua dan dihibahkan ke FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).

4. Bermarkas di Lapangan udara Kalijati

Satuan udara tani ini memiliki markas resmi yang berada di Lapangan udara Kalijati (Pangkalan Udara Suryadi Suryadarma). Kala itu, satuan udara tani hanya beranggotakan sekitar 20 orang yang dilengkapi dengan peralatan penyemportan hama yang lebih modern yang dibeli dari Amerika Serikat guna menggantikan alat semprot hama yang dibeli dari Polandia saat dekade 60-an.

5. Melakukan Beragam Misi Pertanian

Dalam sepanjang sejarahnya, Satuan Udara Tani (Satud Tani) telah banyak melakukan misi dalam penanggulangan hama di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya yaitu Medan, Aceh, Brebes, Talaud, Ponorogo, Lampung dan beberapa daerah pertanian lainnya pernah menjadi tempat operasi satuan ini.

Hal ini dipusatkan menjadi lahan pertanian agar mampu mendukung program pemerintah dalam segi ketahanan pangan nasional. Tak hanya itu, Satud Tani juga bertugas dalam melakukan operasi anti wabah seperti yang dilakukan di Semarang, Manado dan Palembang. 

Meski dikhususkan dalam sektor pertanian, Satud Tani juga turut melakukan tugas sipil lain yang non pertanian seperti misalnya melakukan misi hujan buatan, operasi foto udara, penerjuanan payung dan beragam tugas lainnya.

6. Hilangnya Satud Tani

Satud Tani sangat membantu pertumbuhan pertanian Indonesia. Pasalnya, satuan udara ini bisa dikatakan sebagai salah satu satuan udara yang cukup sukses dalam melakukan beragam misi di bidang pertanian dan sipil.

Namun sayang, pada akhirnya Satud Tani harus tersingkirkan oleh perkembangan teknologi yang kian modern dan canggih. Ditambah lagi, penyemporan hama melalui pesawat dianggap telalu mahal dan kurang efektif di era saat ini.

Baca Juga: Mengenal Satud Tani, Satuan Udara Pertanian yang 'Berperang' Melawan Hama
Inilah Kebun Ilmu, Tempat Belajar Langsung Dengan Tanaman Dan Ternak

Hal ini membuat tugas dari Satud Tani semakin berkurang, hingga menyebabkan beberapa unit pesawat yang pernah digunakan, berpindah lokasi menjadi di museum. Meski sangat berjasa, status keaktifan satuan udara tani ini masih simpang siur.

Ada yang menyebut bahwa Satud Tani telah dibubarkan. Namun ada juga yang berpendapat sebenarnya satuan udara ini masih ada namun statusnya kurang begitu diketahui.