Guru Besar UGM Ini Beberkan Perubahan Besar di Bidang Pangan dan Pertanian

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Sri Rahardjo orasi ilmiah pada Peringatan Puncak Dies-73 UGM di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur, DI Yogyakarta, Senin (19/12/2022).

Editor: Yoyok - Senin, 19 Desember 2022 | 21:00 WIB

Sariagri - Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Sri Rahardjo mengungkapkan adanya perubahan besar di bidang pangan dan pertanian dalam sepuluh tahun terakhir dan sepuluh tahun ke depan. 

“Perubahan-perubahan ini perlu kiranya menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi baru untuk meningkatkan ketahanan pangan bagi setiap negara,” ujarnya saat orasi ilmiah pada Peringatan Puncak Dies-73 UGM di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur, DI Yogyakarta, Senin (19/12/2022).

Dia kemudian memaparkan lima perubahan besar itu. Pertama, kondisi iklim yang polanya semakin sulit untuk diperkirakan dan ekstrem, serangan hama, dan penyakit yang makin ganas. 

Kedua, peningkatan proporsi penduduk yang usia lanjut dan konsumen pangan yang semakin peduli terhadap pengaruhnya bagi kesehatan dirinya, dan adanya tuntutan kebutuhan pangan yang makin spesifik bagi individu. 

Ketiga, peningkatan penghasilan penduduk yang membutuhkan penyediaan pangan yang makin beragam dan layanan penyajian makanan yang harus menyesuaikan tuntutan gaya hidup yang beragam.

Keempat, pemasaran dan distribusi pangan yang makin luas menembus batas-batas negara di satu sisi membuka peluang pangsa pasar baru bagi produk tertentu, tetapi di sisi lain juga menimbulkan kompetisi yang makin ketat dengan produk yang sudah ada. 

Kelima, terganggunya rantai pasok bahan baku pupuk dan produksi serealia akibat konflik antarnegara yang masih berlangsung.

“Yang menjadi tantangan sekarang dan ke depan adalah bagaimana menghasilkan pangan yang cukup dan beragam untuk memenuhi kebutuhan terutama di Indonesia yang jumlah penduduknya besar dan terus meningkat," paparnya.

Diakui daya dukung sumber daya alam yang tersedia cenderung semakin berkurang atau menipis. Juga penggunaan sumber daya air yang sudah terlalu besar dan kondisi ini acap kali diabaikan. Pun soal pencemaran air yang meluas, dan emisi gas rumah kaca.

“Untuk itu, konsep alternatif yang dapat ditempuh untuk mencapai tingkat kedaulatan pangan yang semakin mantap dan berkelanjutan (sustainable) ke depan antara lain dengan memanfaatkan lahan marginal dan lahan tidur untuk pertanian produktif, meningkatkan produktivitas hasil pertanian, dan meningkatkan penyediaan pangan sepanjang rantai pasok yang aman,” katanya. 

Sri Raharjo juga meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, mengubah pola konsumsi makanan ke arah yang lebih menyehatkan, dan mengurangi kehilangan hasil pertanian serta mengurangi jumlah makanan yang berakhir menjadi limbah.

“Dengan cara alternatif tersebut, diperkirakan dapat meningkatkan ketersediaan pangan hingga 100 persen dengan tetap menjaga dampaknya bagi lingkungan yang minimal," katanya.  

Baca Juga: Guru Besar UGM Ini Beberkan Perubahan Besar di Bidang Pangan dan Pertanian
Perkuat Ketahanan Pangan dan Kurangi Impor, Begini Cara India

Upaya meningkatkan produksi pangan jika tidak dikelola dengan benar, disebutnya dapat berdampak memberikan beban yang semakin buruk pada lingkungan. Kegiatan produksi pangan mulai dari on farm sampai dengan proses pengolahan oleh industri dan distribusinya menimbulkan emisi gas rumah kaca dan membutuhkan ketersediaan air bersih, serta penggunaan energi yang jumlahnya semakin besar.

“Panjangnya rantai produksi dan distribusi pangan yang belum didukung dengan infrastruktur yang memadai dan pengelolaan rantai pasok yang belum efisien berakibat terjadinya food loss maupun food waste yang cukup signifikan. Hal ini bukan saja berdampak menambah beban berat bagi lingkungan, melainkan juga membuat harga jual komoditas pangan tidak dapat bersaing," terangnya.