Demi Hal Ini, Cina Berupaya Keras Kurangi Penggunaan Pestisida Buatan

Ilustrasi - Penyemprotan pestisida. (Pixabay/zefe wu)

Editor: Dera - Sabtu, 3 Desember 2022 | 18:00 WIB

Pemerintah Cina tengah berupaya mengurangi penggunaan pestisida dalam penanaman buah, sayuran, dan teh hingga sepersepuluhnya dalam waktu tiga tahun.

Kementerian Pertanian Cina menjelaskan bahwa sebagai negara pengguna pestisida terbanyak di dunia, pemerintahnya bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan kimia dalam rantai makanan.

Pestisida dan pupuk kimia tingkat tinggi digunakan untuk menghasilkan tanaman di petak-petak kecil di Cina. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat merusak tanah dan mencemari air, serta penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kontaminasi dan merugikan keanekaragaman hayati.

Kementerian Pertanian Cina juga ingin mengurangi penggunaan pestisida pada beras, gandum, dan jagung sebesar 5% pada periode yang sama, serta meningkatkan penggunaan pupuk organik dengan jumlah yang sama pada tahun 2025.

Ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan efisiensi dan penggunaan pestisida dan pupuk secara ilmiah saat meningkatkan pengurangan pestisida kimia, kata Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan di situs webnya, seperti dikutip Reuters.

Walau begitu, ketahanan pangan nasional dan pasokan produk pertanian utama harus tetap dijaga.

Cina mulai mengatasi masalah tersebut pada tahun 2015, dengan kampanye untuk menghentikan pertumbuhan penggunaan bahan kimia pada tahun 2020.

Meskipun penggunaan pestisida dan pupuk telah turun masing-masing sebesar 16,8% dan 13,8% pada tahun 2021, Cina masih menggunakan terlalu banyak dan tidak efisien.

Baca Juga: Demi Hal Ini, Cina Berupaya Keras Kurangi Penggunaan Pestisida Buatan
Bahaya di Balik Meningkatnya Penggunaan Pestisida di Seluruh Dunia

Fokus yang lebih besar pada musuh alami seperti serangga harus menjadi bagian dari upaya untuk menghilangkan hama dan penyakit. Metode pencegahan hijau” diharapkan dapat diterapkan di lebih dari 55% area tanam pada tahun 2025.

Cina hanya memiliki 7% dari lahan subur di dunia, tetapi menyerap sepertiga dari konsumsi pupuk kimia global, dengan penggunaan per unit 2,7 kali lebih tinggi dari rata-rata dunia.