Bali Targetkan Pertanian Organik di Tahun 2024

Gubernur Wayan Koster didampingi Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya hadir dalam Acara Agripreneur Festival Petani Mandiri di Jatiluwih Space. (Ist)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Kamis, 1 Desember 2022 | 20:15 WIB

Sariagri - Gubernur Bali Wayan Koster menargetkan seluruh petani di Bali menjalankan pertanian organik paling lambat tahun 2024.

"Semua pertanian Bali harus organik, 2024 paling lama. Kalau Bali sudah semua pertanian organik, maka saya akan memproteksi produk-produk pangan masuk Bali, seperti buah, beras, sayur, itu harus organik, kalau tidak kita tolak," kata Wayan Koster saat membuka Festival Petani Mandiri gelaran Petani Muda Keren di kawasan Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Kamis (1/12/2022).

Koster menjelaskan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2020 yang mengatur sistem pertanian organik akan dikumpulkan seluruh komponen dari hulu ke hilir, sehingga Bali dapat menjadi pulau organik.

Jika hal tersebut telah terpenuhi, Gubernur Koster menugaskan kepala dinas pertanian Pemprov Bali beserta jajaran di kabupaten/kota untuk lebih progresif dalam mengembangkan dan menjalankan dengan tertib sistem pertanian organik.

"Harus dilakukan percepatan, termasuk dengan Gung Wedha (Ketua Komunitas Petani Muda Keren), sebaiknya penuh konsentrasi di Bali. Petani Muda Keren yang dibutuhkan supaya Bali eksis sepanjang zaman secara berkelanjutan, maka perlu diproteksi secara ekonomi, politik, sosial, dan budaya," ujarnya.

Orang nomor satu di lingkup Pemprov Bali itu menyampaikan bahwa dengan adanya sistem pertanian organik maka kualitas pangan akan lebih baik dan sehat, sehingga Bali juga akan naik kelas berkat kearifan lokal.

"Dengan sistem pertanian organik maka pangan kita berkualitas dan sehat, dan kalau ini berjalan komitmen dari hulu sampai hilir harga akan naik karena bagus. Apalagi lahan kita berkurang, jadi produktifitas dan nilai tambahnya yang harus ditingkatkan," kata dia.

Menurutnya, Bali tak perlu terlalu banyak bergantung dari luar, lantaran produk pangan seperti beras, buah, sayur dan lainnya dapat dihasilkan sendiri, salah satunya di kawasan Jatiluwih, Tabanan, di mana selain nilai ekonomi didapat dari pertanian, sisi pariwisata turut membantu tanpa merusak ekosistem.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali Wayan Sunada turut menambahkan bahwa saat ini luas pertanian organik telah menuju 35 ribu hektare dari total luas lahan 70.966 hektare.

"Dibilang menuju karena ada proses di dalamnya, output dari pertanian organik adalah sertifikat, dan Pak Gubernur sudah menyampaikan kita bergerak membentuk Lembaha Sertifikasi Organik (LSO) mudah-mudahan 2023 sudah terbentuk LSO untuk Bali," kata dia.

Sunada mengatakan pembagian jenis pertanian di Bali dipecah per kawasan, di mana di Kawasan Jatiluwih, Tabanan, seluas 2.000 hektar sepenuhnya telah menjalankan pertanian organik, sementara lahan-lahan kecil sedang dalam proses.

Baca Juga: Bali Targetkan Pertanian Organik di Tahun 2024
Bali Targetkan Pertanian Organik 45 Ribu Hektar hingga Akhir 2022

Untuk upaya percepatannya sendiri, Kadistan Pangan Bali itu menyebut terdapat bantuan teknologi dan ilmu pembuatan pupuk organik, salah satunya diterapkan pada festival petani mandiri bersama komunitas Petani Muda Keren.

"Sudah kita lakukan di subak-subak cara membuat pupuk organik, setiap petani akan kita berikan teknologi dan bahannya, kemudian kita edukasi untuk mempercepat menuju pertanian organik," ujar Kadistan Pangan Bali kepada media di Tabanan.