Penelitian: Emisi Karbon Buat Tanaman Kurang Bergizi dan Protein

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 4 November 2022 | 15:15 WIB
Sariagri - Meningkatnya kadar karbon dioksida di udara akan menyebabkan tanaman menjadi kurang bergizi karena memotong konsentrasi nitrogen tanaman. Kondisi ini bisa menyebabkan jutaan orang di seluruh dunia menghadapi kekurangan protein dan mineral karena emisi karbon mencapai titik tertinggi sepanjang masa, demikian hasil penelitian yang diterbitkan di Trends in Plant Science.
Para peneliti dari Institut Ilmu Tanaman di Perancis yang melakukan studi tersebut menemukan bahwa saat kadar karbon dioksida naik, tanaman akan menjadi lebih produktif dalam fotosintesis namun membuat mereka menyerap lebih sedikit nitrogen, fosfor, dan besi dari tanah.
Kekurangan nitrogen akan mencegah tanaman membangun jaringan mereka dan akan memperlambat proses pembentukan protein. Hal ini bisa menyebabkan tingkat kekurangan protein yang lebih besar dan dapat menyebabkan gejala penyakit mulai dari atrofi otot hingga gagal hati dan tulang yang melemah, demikian dilansir forbes.com.
Tanaman pangan seperti beras dan gandum akan paling terpengaruh oleh kekurangan nutrisi ini, sehingga akan berdampak pada kualitas pangan dan ketahanan pangan global, demikian Antoine Martin, seorang peneliti di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis.
Kondisi ini juga akan menyebabkan lebih banyak orang berisiko kekurangan zat besi. Sebuah studi pada 2018 di Nature Climate Change menyebutkan, 1,4 miliar wanita dan anak-anak di bawah 5 tahun akan menjadi lebih rentan terhadap kekurangan zat besi pada tahun 2050, sementara 175 juta orang bisa menjadi kekurangan seng, dan 122 juta orang lainnya mungkin menghadapi kekurangan protein.
Latar Belakang Kunci
Baca Juga: Penelitian: Emisi Karbon Buat Tanaman Kurang Bergizi dan Protein
Keren, Peneliti Hasilkan Protein yang Terbuat dari Air dan Udara
Emisi karbon dioksida terus meningkat sejak 1940, dengan catatan sebanyak 4,85 miliar ton gas rumah kaca memasuki atmosfer setiap tahun. Kondisi ini akan mencapai angka tertinggi sepanjang masa sebesar 36,3 miliar ton pada tahun 2021, naik 2 miliar dari tahun sebelumnya.
PBB memproyeksikan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida yang memasuki atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil, pada tahun 2030 akan naik 10,6 % di atas tingkat emisi 2010. PBB memperingatkan tren ini akan menyebabkan suhu global meningkat sebesar 2,9 derajat Celcius pada akhir abad ini, dan akan menyebabkan masalah ekologi yang serius.