Berkebun Jadi Lebih Betah, Warga Desa Ini Diajarkan Tanam dengan Hidrogel

Tanaman dengan media hidrogel membuat berkebun lebih cantik dan lebih mudah tanpa harus mengotori tangan.

Editor: Yoyok - Minggu, 9 Oktober 2022 | 16:00 WIB

Sariagri - Selama ini kebanyakan warga memanfaatkan pekarangan untuk menanam atau urban farming secara konvensional. Budaya bercocok tanam ini identik dengan kotor dan repot dalam pemeliharaan sehingga membuat masyarakat menjadi enggan untuk bertanam

Namun, bagi sebagian warga Desa Buduan Suboh, Situbondo, Jawa Timur, kondisi pengembangan urban farming itu tak lagi menjenuhkan. Sebab, mereka kini menerapkan cocok tanam dengan hidrogel. Tanaman dengan media hidrogel membuat berkebun lebih cantik dan lebih mudah tanpa harus mengotori tangan.

Itu terjadi setelah Henny Rusmiyati, SP, MSi, Dosen Sekolah Vokasi IPB University dan tim menjalankan Program Dosen Pulang Kampung. “Dalam kegiatan ini, kami perkenalkan bercocok tanam menggunakan hidrogel,” ujarnya dalam Pelatihan Urban Farming yang digelar beberapa waktu lalu. 

Pelatihan ini diberikan kepada ibu-ibu PKK dan kelompok pengajian Azzaidah dari Desa Buduan Suboh. Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa cinta tanaman dan hobi untuk bercocok tanam pada masyarakat.

Dalam kegiatan ini, Ulil Azmi Nurlaili Affiah, SP, MSi, dosen Teknologi Industri Benih Sekolah Vokasi IPB University hadir sebagai narasumber. 

Ia menjelaskan hidrogel merupakan polimer (sejenis karet) yang mampu mengikat air hingga 400 kali ukuran aslinya. Kemampuan mengikat air ini yang kemudian dimanfaatkan untuk sistem penanaman.

“Sistem penanaman dengan hidrogel ini praktis, tidak kotor dan tidak repot dalam pemeliharaannya. Ini karena kemampuan mengikat air dari hydrogel yang tinggi membuat tanaman yang ditanam tidak perlu disiram secara rutin. Kondisi ini cocok dengan kesibukan ibu-ibu yang berprofesi sebagai pedagang sehingga tidak memiliki banyak waktu luang untuk merawat tanaman,” jelasnya.

Ia menambahkan, kelebihan lain dari sistem urban farming dengan hidrogel ini juga adalah sisi keindahan yang didapat. Hidrogel dapat diberi pewarna makanan yang berwarna warni sehingga cocok digunakan sebagai penghias ruangan.

“Hidrogel dapat bertahan hingga empat bulan tanpa perlu disiram. Apabila hydrogel berdebu atau mengecil, dapat dicuci dan direndam dengan menggunakan air hangat sehingga bisa digunakan kembali,” terangnya.  

Menurutnya, hidrogel juga tidak mengandung bahan berbahaya sehingga aman bila terpegang oleh anak-anak. Nutrisi tanaman seperti pupuk cair juga dapat ditambahkan pada media tanam hidrogel.

“Tanaman yang dapat ditanam adalah semua jenis tanaman kecuali tanaman berkayu,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut juga disampaikan materi mengenai digital marketing. Dr Doni Sahat Tua Manalu SE, MSi, Dosen Program Studi Manajemen Agribisnis menyampaikan mengenai pemanfaatan media sosial untuk mempromosikan dan menjual hasil produksi komoditas yang dibudidayakan dengan metode urban farming tersebut.

Baca Juga: Berkebun Jadi Lebih Betah, Warga Desa Ini Diajarkan Tanam dengan Hidrogel
PTPN V Terapkan Teknologi 4.0 dalam Perkebunan Kelapa Sawit

“Secara sederhana kita dapat membuat konten dan menggunakan media sosial yang dimiliki oleh masing-masing peserta. Harapannya, peserta dapat menambah pendapatan sehingga kesejahteraannya juga meningkat,” ujar Dr Doni.

Ia berharap teknologi dan inovasi dari Sekolah Vokasi IPB University ini dapat terus disosialisasikan dan diterapkan masyarakat Desa Buduan Suboh Situbondo. Adapun dosen lainnya yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Fitriani Eka Puji Lestari, Harries Marithasari, Melvin Raditya V.