Hama Ulat Grayak Hancurkan Pertanian Bangladesh, InI Usulan Peneliti

Ilustrasi Tanaman Sorgum. (Pixabay/ Bishnu Sarangi)

Editor: Dera - Minggu, 7 Agustus 2022 | 20:00 WIB

Ulat grayak mendapat perhatian serius karena hama itu telah menjadi penyebab hilangnya hasil panen dan membawa kerugian ekonomi di berbagai tanaman seperti jagung, kapas dan sorgum.

Demi memerangi hama ulat grayak yang menghancurkan pertanian di Bangladesh, penelitian yang dipimpin Centre for Agriculture and Bioscience International (CABI) dan bekerja sama dengan Institut Penelitian Pertanian Bangladesh (BARI) mengusulkan pembentukan pusat Agen Kontrol Biologis (BCA) tingkat lokal.

Dalam penelitian yang dipublikasi di jurnal Pertanian dan Biosains CABI, para ilmuwan menjelaskan model bisnis non-linier untuk meningkatkan pemanfaatan agen kontrol biologis yang lebih aman digunakan dan lebih ramah lingkungan untuk memerangi ulat grayak (Spodoptera frugiperda) di wilayah pertanian jagung di Bangladesh, seperti dilansir eurekalert.

Di Bangladesh, penanaman jagung menjadi penting sejak tahun 1980-an dan sekarang menjadi salah satu dari tiga tanaman pokok negara itu.

Pemanfaatan Agen Kontrol Biologis

Penulis utama studi ini, Mariam Kadzamira, menyoroti pemanfaatan agen kontrol biologis oleh petani yang terhambat oleh beberapa faktor. Contohnya adalah kurangnya ketersediaan agen kontrol biologis di pasar lokal, persepsi petani dan agro-dealer yang negatif, hubungan industri input yang buruk dalam pasokan produk agen kontrol biologis ke agro-dealer, serta keuangan kelembagaan yang tidak memadai untuk pengembangan kapasitas dan dukungan teknis oleh ilmuwan riset dan penyuluh.

Mengingat tantangan terhadap penyerapan agen kontrol biologis ini, model bisnis berbasis sistem inovasi yang menghubungkan peneliti, penyuluh, pedagang pertanian, dan organisasi produsen petani dalam jalur non-linier diusulkan untuk Bangladesh,” ujar Kadzamira.

Upaya itu diwujudkan dengan pembentukan pusat produksi agen kontrol biologis lokal yang dikelola oleh pengusaha pertanian. Sementara para ilmuwan memberikan budaya inti dan layanan penyuluhan memberikan dukungan teknis untuk jaminan kualitas.

Riset Multidisiplin

Sementara itu, wakil penulis penelitian, Malvika Chaudhary, menambahkan bahwa penelitian ini merupakan studi multidisiplin yang memperhitungkan umpan balik dari para pemangku kepentingan.

Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan pengetahuan yang kuat dan relevan untuk meningkatkan model bisnis, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan keterlibatan petani.

Para ilmuwan berpendapat bahwa pengendalian hayati dipandang sebagai strategi pengelolaan yang potensial untuk ulat grayak karena dapat memberikan pengendalian jangka panjang tanpa merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan sumber daya dan upaya yang tepat, agen kontrol biologis akan efektif untuk pengelolaan ulat grayak pada jagung serta tanaman berisiko lainnya.

Baca Juga: Hama Ulat Grayak Hancurkan Pertanian Bangladesh, InI Usulan Peneliti
Duh! Hama Tungro Rusak Ratusan Hektare Padi di Kalsel

Di Bangladesh tidak ada pedoman yang jelas tentang profitabilitas dan biaya pendirian pusat produksi agen kontrol biologis tingkat lokal oleh pengusaha pertanian untuk daerah yang dipenuhi ulat grayak,” kata Chaudhary.

Studi ini dapat berkontribusi mengatasi masalah itu karena memberikan pengetahuan kepada praktisi, pemerintah, dan penyandang dana tentang jenis model bisnis yang dapat digunakan untuk membangun hub produksi agen kontrol biologis tingkat lokal.